Jangan Hanya Berhenti di Dermaga Wahai 'Traveler Jetty' di Rajaampat

By Fikri Muhammad, Jumat, 26 Maret 2021 | 09:00 WIB
Arborek Jetty dari tampak atas. (FOTO OLEH ZULFIKAR MUIN)

Nationalgeographic.co.id—Salah satu ciri wisata di kawasan Rajaampat adalah keberadaan traveler jetty. Yakni, wisatawan yang telah menginap di satu pulau atau live on board, mampir ke pulau-pulau lain untuk berhenti di jetty (dermaga). Hal ini sudah berlangsung sejak Rajaampat dibuka jadi kawasan pariwisata. 

Tempat paling favorit dari para traveler jetty itu adalah Pulau Arborek. Tebaran ikan-ikan dan karang dengan panoramik surga telah memancing mereka untuk datang sekaligus jadi tempat transit untuk makan siang. 

Rata-rata untuk satu speed boat menghabiskan waktu satu jam di Arborek Jetty untuk kasih makan ikan, snorkling, makan siang lalu pergi. "Itu adalah satu hal yang bagi kami, masyarakat Arborek, salah berfikir," kata Marsel Mambrasar, pemilik Arborek Dive Shop kepada National Geographic Indonesia di Yensawai Barat.

 

Marsel menambahkan bahwasanya para traveler jetty kerap meninggalkan sampah. Salah satu hal yang menyenangkan bagi orang Indonesia, menurut Marsel adalah kasih makan ikan. Ketika selesai kasih makan ada sampah-sampah makanan yang tertinggal. 

"Di pulau ini kami sampaikan ke setiap tour guide yang selalu bawa tamu ke Arborek, bahwa Arborek bukan tempat sampah. Jadi kalau datang bawa sampah harus bawa sampah itu kembali," tutur Marsel.

Seorang pengunjung Arborek Jetty sedang memberi makan ikan pada kamis, 11 Maret 2020. (FOTO OLEH DONNY FERNANDO)

Arborek memang tempat strategis untuk snorkling. Namun masih banyak yang bisa di eksplor menurut Marsel. Para wisatawan dapat berjalan-jalan di Kampung Arborek untuk melihat bagaimana tata krama orang lokal dan apa-apa saja yang berada di dalamnya. Sehingga nantinya, masyarakat bisa menjelaskan.

Salah satunya adalah kerajinan tangan yang dibuat oleh mama-mama untuk dijadikan noken atau topi khas Arborek. 

"Karena di Arborek, mama-mama kami itu selalu membuat noken. Topi di Arborek juga ada dua jenis. Satu ada bentuk manta dan satu bentuk gelombang. Dalam semua hal yang dibuat mama-mama ini menggambarkan hal yang memang ada di arborek," ucap Marsel.

"Topi manta misalnya, identitas bahwa di Arborek itu manta paling banyak. Setiap wisatawan kalau mau liat manta di rajaampat juga, situs menyelam favorit di Arborek. Makanya makanya mama-mama itu membentuk topi seperti manta. Kedua, kenapa mereka harus membuat topi yang bergelombang karena Arborek itu posisinya di tengah laut dan selalu didatangi oleh arus," Marsel menambahkan. 

Olahan noken dan topi khas berbentuk pari manta dipajang pada sebuah rumah di Pulau Arborek Jumat, 12 Maret 2020. (FOTO OLEH DONNY FERNANDO)

Pulau Arborek sendiri diberi nama oleh para leluhur dari pohon yang menjalar dengan bunga warna kuning dan buah yang berduri. Borek berarti duri dalam bahasa Betew. Cerita-cerita seperti inilah yang menurut Marsel belum sampai kepada para wisatawan yang hanya mampir di Arborek Jetty. 

"Kami tidak menyalahkan orang yang melakukan kunjungan ke Arborek. Tapi yang disalahkan adalah pemandu yang mendampingi mereka. Apasih Arborek itu? Kitong harus lihat. Mereka bisa datang jalan-jalan Arborek seperti apa. Tata krama orang lokal seperti apa. Mereka bisa mengajaka wisatawan masuk ke kampung. Harapan kami seperti itu," tutur Marsel. 

Baca Juga: Misteri Empat Topi Emas dari Zaman Perungggu yang Mirip Topi Penyihir

Ajakan wisatawan untuk eskplorasi ke kampung sudah disampaikan ke setiap asosiasi yang ada di Rajaampat menurut Marsel. Seperti asosiasi homestay dan juga ke Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) yang berada di Rajaampat. 

Mama Orpa Mayor menganyam sebuah noken di depan rumahnya di Pulau Arborek Jumat, 12 Maret 2020. (FOTO OLEH DONNY FERNANDO)

Para traveler jetty suka komplain terkait fasilitas di Arborek Jetty yang sudah rusak. Seperti misalnya anak tangga di arah timur laut yang berfungsi sebagai pijakan wisatawan yang melakukan snorkling. Selain itu mereka juga resah dengan sampah yang ada di Arborek Jetty. "Nah itu yang jadi pertanyaan. Kamu bisa komplain tapi apa yang kamu kasih ke kami? Sedangkan semua yang tersedia inisiatif masyarakat itu sendiri," ucap Marsel. 

Selain dari masyarakat, pendanaan untuk fasilitas juga mengandalkan kerelaan pengunjung dengan memberi uang di kotak yang tersedia di sana. Kedua dana ini juga digunakan untuk membuat fasilitas lain. Contohnya seperti pembatas berbentuk pelampung, sebagai penanda orang bisa mancing terlepas kawasan snorkling dan diving.

Baca Juga: Kisah Hidup Soesilo Toer: Doktor Pemulung dan Tuduhan Komunis

Melihat permasalahan di atas ada satu hal yang mungkin dapat dipertimbangkan. Bagaimana bila tamu yang berkunjung dikenakan biaya per kapal. Orang lokal akan bertanggung jawab membawa tamu untuk eskplor Arborek sampai lihat manta jika hal itu diberlakukan.

"Artinya jangan sampai mereka merasa uang itu akan hilang. Dengan uang itu akan ada poin yang mereka lihat, contohnya manta dan snorkling. Sesudah itu mungkin kami bisa ajak ke dalam kampung," ucap Marsel.

Marsel mengingat Arborek masa lalu, sekitar 2003, yang menurutnya lebih istimewa dari sekarang. Tiang-tiang Arborek Jetty lebih masih banyak tumbuhan spons berwarna-warni. Sampai Arborek menjadi kampung percontohan untuk pariwisata di Rajaampat. Marsel menginginkan lingkungan Arborek tetap lestari untuk kedepannya.

"Supaya kita sama-sama menjaga laut dan lebih khusus akan meahami tujuan dari traveler itu sendiri," tutup Marsel.

Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon

Foto aerial Pulau Arborek, Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. (FOTO OLEH ZULFIKAR MUIN)