Peluang Bumi: Apakah Bumi Selalu Menyediakan Kehidupan untuk Kita?

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 30 Maret 2021 | 18:17 WIB
Kita memiliki beragam pilihan untuk nasib Bumi. Kita berpeluang menghancurkan Bumi, namun kita berpeluang pula untuk melestarikannya. Kapan kita memberi peluang untuk Bumi menentukan pilihannya? (National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Ketika kita mengetik frasa “hidup bersama” di peramban Google, kita akan mendapatkan lebih dari tiga juta laman. Apa yang terjadi apabila kita mengetik di mesin peramban itu dengan frasa “hidup bersama perubahan iklim”? Kita tidak akan menemukan satu laman pun untuk saat ini.

Kita memiliki beragam pilihan untuk nasib Bumi. Kita berpeluang menghancurkan Bumi, namun kita berpeluang pula untuk melestarikannya. Kapan kita memberi peluang untuk Bumi menentukan pilihannya? Apakah Bumi akan senantiasa menyediakan kehidupan untuk penghuninya?

Sebuah kepastian apabila Bumi berputar pada porosnya, sehingga siang dan malam tercipta. Sebuah ketentuan alam apabila Bumi mengelilingi matahari dalam keteraturan. Di seantero jagad raya, sejauh ini hanya Bumi yang menyediakan tempat ternyaman untuk kehidupan.

Semenjak manusia menggelayuti Bumi, riwayat planet ini tidak pernah menjumpai hari-hari yang sama. Apakah Bumi akan senantiasa menyediakan kehidupan untuk penghuninya?

Baca Juga: 2050: Kerugian akibat Banjir Jakarta Diprediksi Naik Lima Kali Lipat

Bumi. Sampai sekarang, planet inilah yang memiliki tempat ternyaman untuk kita huni. Apa jadinya bila Bumi tak lagi nyaman dihuni? Bilamanakah itu terjadi? (NASA)

Percepatan evolusi Bumi mungkin telah ditentukan oleh spesies terganasnya—kita. Kini, kita memasuki Antroposen—sebuah era geologi yang ditandai begitu dominannya pengaruh manusia. Perubahan iklim, sebuah terminologi baru yang muncul karena pemikiran antropogenik, salah satunya disebabkan oleh perilaku kita yang mencemari Bumi. Fenomena ini telah memunculkan kerentanan kita. Perubahan iklim mungkin telah memunculkan pagebluk yang berkecamuk belakangan ini, juga memicu tenggelamnya kota-kota pesisir pada akhir abad ini.