Nationalgeographic.co.id—Setidaknya 69 orang meninggal dan 19 orang lainnya hilang akibat banjir bandang yang melanda Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu (4/4/2021) dini hari. Jumlah korban tersebut didasarkan pada laporan Badan Penanggulagan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), banjir bandang ini dipicu oleh cuaca ekstrem akibat keberadaan Siklon Tropis Seroja di dekat daratan NTT. Keberadaan Siklon Tropis Seroja ini mengakibatkan timbulnya hujan lebat di wilayah NTT dan sekitarnya, termasuk Kabupaten Flores Timur.
Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, Hary Tirto Djatmiko, mengatakan bahwa wilayah Flores Timur sudah mulai terdampak cuaca buruk ini sejak beberapa hari lalu. "Mulai ada indikasi potensi hujan lebat-sangat lebat disertai kilat/petir dan angin kencang sejak tanggal 29 Maret 2021 yang lalu sampai dengan saat ini," kata Hary kepada National Geographic Indonesia melalui pesan singkat, Senin (5/4/2021).
Siklos tropis sendiri merupakan sebuah badai berkekuatan besar yang terbentuk di atas lautan yang suhu permukaan airnya hangat. Badai ini biasanya memiliki radius 150 hingga 200 kilometer.
Siklon tropis biasanya terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 derajat Celsius. Angin kencang yang berputar di dekat pusat siklon umumnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 kilometer per jam.
Baca Juga: Siklon Tropis Mangkhut dan Dampaknya Bagi Perairan Indonesia
Terkait dengan Siklon Tropis Seroja yang tumbuh atau terbentuk pada tahun 2021 ini, BMKG menjelaskan bahwa hari ini, 5 April 2021, siklon tersebut teridentifikasi berada di Laut Sawu, sebelah barat daya Pulau Timor. Badai memiliki kekuatan 75 kilometer per jam dan bergerak ke arah barat daya.
BMKG lebih lanjut memprediksi bahwa pada esok hari, 6 April 2021, siklon ini akan berada di Samudra Hindia sebelah barat daya Pulau Rote. Siklon ini dipresiksi akan memiliki kekuatan hingga 100 kilometer per jam dan tekanan 982 hektopascal (hPa).
Dampak Siklon Tropis Seroja terhadap cuaca di Indonesia antara lain berupa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat disertai kilat/petir serta angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir serta angin kencang di wilayah Bali, Sulawesi Selatan, dan sebagian Sulawesi Tenggara.
Selain itu, siklon ini juga berpotensi menimbulkan gelombang laut dengan ketinggian lebih dari 6,0 meter di Samudra Hindia selatan NTT dan Laut Timor selatan NTT; ketinggian antara 4,0-6,0 meter di Laut Sawu, Perairan Pulau Sawu, dan Perairan Kupang-Pulau Rote; dan ketinggian antara 2,5-4,0 meter di Selat Sumba bagian barat, Laut Flores, Perairan selatan Flores, Perairan selatan Pulau Sumba, dan Selat Ombai.
Baca Juga: Banjir Jawa: Penurunan Tanah Jakarta, Pekalongan, Semarang Mengerikan
Siklon tropis sendiri memiliki beberapa nama berbeda tergantung lokasi tumbuhnya. Jika tumbuh di wilayah Samudra Pasifik Barat, siklon tropis itu akan disebut badai tropis atau topan. Adapun jika tumbuh di daerah sekitaran Samudra Hindia, ia akan disebut sebagai siklon atau cyclone. Sementara jika tumbuh di daerah Samudra Atlantik, ia akan disebut hurikan atau hurricane.
Penamaan siklon tropis ini dilakukan badan meteorologi dari negara-negara yang berbeda tergantung lokasi pterbentuknya siklon tropis tersebut. Nama Siklon Tropis Cempaka yang terbentuk di selatan Indonesia pada tahun 2021 ini diberikan oleh BMKG.
BMKG memang kerap menamakan siklon tropis dengan nama tumbuhan. Sebelumnya BMKG juga pernah menamakan siklon topis dengan nama-nama tumbuhan berikut: Bakung (2014), Cempaka (2014), Dahlia (2017), dan Flamboyan (2018), Kenanga (2018), Lili (2019), dan Mangga (2020).
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon