Peneliti Ungkap Selama ini Rekonstruksi Manusia Purba Keliru dan Bias

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 9 April 2021 | 12:00 WIB
Homo floresiensis, manusia purba yang hidup di Flores, Indonesia, sekitar 12.000 tahun silam. (B CHRISTOPHER, ALAMY)

Nationalgeographic.co.id—Bagaimana para ilmuwan tahu paras manusia purba hingga gambar mereka bisa muncul di internet, museum, dan buku pelajaran? Semua itu merupakan hasil analisis para ilmuwan yang kemudian direkonstruksikan oleh seniman agar kita bisa mengetahui kehidupan mereka.

Nyatanya, rekonstruksi yang kita kenal selama ini lebih condong sebagai imajinasi seniman daripada sains. Hal itu dikeluhkan para ilmuwan, sehingga mereka menganalisis seni rekonstruksi yang pernah dilakukan sebelumnya.

Keluhan terkait rekonstruksi yang bias itu dilakukan oleh Ryan M Campbell bersama timnya dalam studi. Studi mereka itu dipublikasikan di Frontiers in Ecology and Evolution pada 26 Februari lalu.

"Sebagian besar didasarkan pada cerita ad hoc yang tidak dapat dipalsukan yang memiliki sedikit atau tidak ada bukti empiris," tulis mereka di laporan.

Meski sering ilmuwan dan seniman bekerja sama untuk membuat rekonstruksi, tetapi unsur yang dimasukkan lebih didorong hasrat seni daripada sains, tulis mereka.

Baca Juga: Studi Terbaru Coba Ungkap Identitas Manusia Hobbit dari Flores