Situs kota ini berasal dari era firaun dinasti ke-18 Amenhotep III, yang memerintah antara sekitar 1386 dan 1353 Sebelum Masehi. Amenhotep III memimpin era kekayaan, kekuasaan, dan kemewahan yang luar biasa pada masanya. Kekuasaan Amenhotep III berakhir ketika ia meninggal, dan yang menggantikannya sebagai firaun atau raja Mesir kuno adalah putranya yang bernama Akhenaten.
Namun beberapa tahun setelah kematian Amenhotep III, Akhenaten yang memerintah dari sekitar 1353–1336 Sebelum Masehi itu malah meninggakan segala kekayaan dan kemewahan yang telah diperjuangkan ayahnya itu. Selama 17 tahun pemerintahannya, ia menjungkirbalikkan budaya Mesir, meninggalkan semua panteon (kumpulan dewa) tradisional Mesir kecuali satu, dewa matahari Aten. Ia bahkan mengganti namanya dari Amenhotep IV menjadi Akhenaten, yang artinya “mengabdi pada Aten”.
Baca Juga: Temuan Mumi Burung di Gurun Atacama Chile Singkap Sisi Gelap Manusia
Firaun sesat itu tidak berhenti di situ. Akhenaten memindahkan kursi kerajaannya dari Thebes (kini Luxor) ke utara ke kota yang benar-benar baru yang dia sebut Akhetaten (kini Amarna) dan mengawasi revolusi artistik yang secara singkat mengubah seni Mesir dari kaku dan seragam menjadi penuh animasi dan detail.
Kota yang memperlihatkan kemewahan pada masa Firaun Amenhotep III itulah yang pada 2021 ini diumumkan telah ditemukan di Mesir.
Situs "kota hilang" yang berusia lebih dari 3.000 tahun ini meyimpan kuil kamar mayat Amenhotep III di sebelah utara yang dibangun abad 14 Sebelum Masehi. Ada juga Medinet Habu, kuil kamar mayat yang dibangun hampir dua abad kemudian untuk Ramses III, di sebelah selatan situs ini.
Para arkeolog juga menemukan sesuatu yang sangat berbeda dari situs kota ini: dinding-dinding bata lumpur berliku-liku setinggi sembilan kaki dan tumpukan artefak kuno dari era Amenhotep III.
Baca Juga: Studi atas Kuburan Massal Kuno di Kroasia Ungkap Sisi Gelap Manusia