Nationalgeographic.co.id—Suami dari Ratu Elizabeth II, Pangeran Philip, wafat pada Jumat, 9 April 2021 dalam usia 99 tahun. Adipati Edinburgh itu sebelumnya mendapatkan perawatan penyakit jantungnya pada awal Maret lalu. Kemudian ia dibawa pulang ke Istana pada 16 Maret, sebagaimana dilansir dari The Guardian.
Sepanjang hidupnya, Philip lebih dikenal dengan pendapatnya yang kontroversial, bahkan cenderung rasis. Misalnya, dalam kunjungan kerajaan ke Tiongkok pada 1986. Ia menganggap Beijing mengerikan, dan mengatakan kepada mahasiswa Inggris: “Jika kamu tinggal di sini lebih lama, kamu semua akan bermata sipit.”
Pada tahun yang sama, ketika ia berbicara dalam pertemuan WWF, ia memberikan tanggapan terkait makanan Kanton. “Kalau saja punya empat kaki dan bukan kursi, memiliki sayap dan bukan pesawat, atau berenang dan bukan kapal selam, orang Kanton akan memakannya,” ujarnya.
Ujaran merendahkan pun pernah diungkapkan ketika bertemu dengan mahasiswa Inggris yang melakukan studi di Papua Nugini pada 1998. Ia berujar: “Kalau begitu, kamu tidak bisa dimakan kan?” Ujaran itu lebih merujuk pada pada kepercayaan historis terkait kanibalisme yang telah dipraktikan oleh masyarakat Papua Nugini.
Sedangkan pada 2002, ketika mengunjungi Australia dan bertemu masyarakat Aborigin, ia bertanya kepada mereka: “Kalian masih saling lempat tombak?”. Ujaran itu dianggap menyinggung dan merendahkan mereka.
Baca Juga: Mantan Koki Kerajaan Inggris Ungkap Ratu Tak Pernah Pesan Pizza
Setahun kemudian ketika ada kunjungan pertemuan kepala pemerintah Persemakmuran di Nigeria, ia mendapat kesempatan untuk membuka acara itu. Ia disambut oleh Presiden Nigeria saat itu, Olusegun Obasanjo dengan pakaian kebangsaannya. Akan tetapi, Philip malah menyeletuk: "Anda terlihat seperti siap tidur,"
Kehinde Andrew, profesor Birmingham City University berpendapat, tindakan Philip lebih cenderung seperti rasisme klasik. “Ketika dia mengatakan hal-hal tentang mata orang Tiongkok dan tombak, itu buruk sekali dan tidak akan ditoleransi dimana pun dari orang lain,” ujarnya, dikutip dari CNN.
Baca Juga: Mengapa Banyak Orang Terobsesi Dengan Keluarga Kerajaan Inggris?
Kontroversi rasisme di kalangan keluarga kerajaan itu juga dikuak oleh Meghan Markel dan Pangeran Harry dalam wawancara dengan Oprah Winfrey pada 7 Maret 2021, sekitar sebulan sebelum Philip wafat. Mereka berdua mengakui bahwa kondisi lingkungan seperti itulah yang membuat mereka keluar dari keluarga kerajaan.
Kebiasaan Philip juga sempat dikritik oleh Hamdi Dabashi, seorang profesor dari Columbia University. Menurutnya, meski rasisme sering dilakukan keluarga kerajaan Inggris termasuk Philip, kerap kali keburukan itu terkubur dan terlupakan masyarakat.
"Dia [Philip] berteriak keras-keras apa yang yang telah dipelajari oleh para rasis lain seperti hendak menyembunyikan dan menyamarkan apa yang mereka pikirkan dan proyeksikan sebagai sikap beradab—saat mereka jet tempur dengan bom untuk dijatuhkan ke masyarakat kulit hitam dan coklat untuk mengirim mereka 'kembali ke zaman batu'," tulisnya di Al Jazeera pada 2017. "Ada kebiadaban yang indah dari kebenaran rasisme Pangeran Philip, mengungkap kemunafikan di dasar 'peradaban Barat'."
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon