Cat Paling Putih di Dunia Ini Bisa Bantu Memerangi Pemanasan Global

By Utomo Priyambodo, Rabu, 21 April 2021 | 13:00 WIB
Ilustrasi cat putih (Karolina Grabowska/Pixabay)

Cat yang diluncurkan pada Oktober tahun lalu, seperti dilaporkan di Fast Company, didasarkan pada kalsium karbonat atau CaCO3, mineral yang digunakan untuk membuat kapur. Zat ini memiliki reflektansi sekitar 96,5 persen. Artinya, kurang dari lima persen sinar matahari yang menerpa akan terserap oleh cat.

Adapun yang baru dikembangkan ini, seperti dilansir Science Times, menggunakan barium sulfat. Ini adalah material yang sudah biasa digunakan secara komersial dalam membuat kosmetik dan kertas.

Tim peneliti memperkirakan bahwa 98,1 persen sinar matahari akan terpantulkan kembali oleh cat baru yang lebih putih ini. Ini berarti hanya 1,9 persen panas yang akan terserap.

Menurut Profesor Xiulin Ruan dari Purdue University, penulis senior studi tersebut, dalam eksperimen mereka, cat baru memiliki kekuatan pendinginan dua kali lipat dari cat putih yang ditemukan sebelumnya.

Baca Juga: Gunung Es Seluas Dua Kali Jakarta Lepas, Singkap Misteri Antartika

Pengujian menunjukkan bahwa pada siang hari yang terik, material yang dilapisi cat baru ini jadi lebih dingin 4,4 derajat Celsius dibandingkan suhu lingkungan. Kemudian, pada malam hari, material tersebut mempertahankan suhu 10,5 derajat Celsiun lebih rendah daripada lingkungan sekitarnya.

Kemampuan mendinginkan yang tidak biasa ini dapat dianggap sebagai pengubah permainan (game changer) dalam memerangi pemanasan global. Cat ini bisa diaplikasikan pada bangunan yang sejuk daripada menggunakan AC.