Chris Lemons, Penyelam yang Tenggelam Tanpa Oksigen Selama 30 Menit

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 26 April 2021 | 09:36 WIB
Chris Lemons ketika bertugas sebagai penyelam. (Chris Lemons)

Nationalgeographic.co.id—Menurut para ilmuwan, tanpa oksigen manusia hanya bisa bertahan paling lama sekitar enam menit. Di dalam air, hanyalah suku Bajau yang bisa menyelam lebih lama, sekitar 13 menit di kedalaman 70 meter.

Kemampuan suku Bajau disebabkan DNA limpa mereka bermutasi akibat kegiatan menyelam turun temurun. Sehingga mereka diberkati secara genetis untuk menyelam di kedalaman laut.

Tetapi fenomena bertahan tanpa oksigen di bawah laut terjadi pada Chris Lemons. Ia tenggelam di kedalaman 100 meter di Laut Utara ketika bertugas sebagai penyelam komersil untuk memperbaiki pipa sumur minyak.

Baca Juga: Suku Bajo, Penjelajah Air yang Ditakdirkan Menjadi Penyelam Terkuat

 

 

Nyawanya terselamatkan meski sudah lebih dari 30 menit setelah tali penghubungnya terputus dari kapal. Tali penghubung sangat penting untuk memberikan tenaga, komunikasi, panas, dan udara ke dalam pakaian penyelam.

Sebelumnya, ia menyelam bersama rekannya, David Yuasa, dan dipantau atasannya Duncan Allcock. Awalnya, Lemons dan Yauasa menyelam dengan lancar dan berhasil menyentuh dasar laut serta menemukan pipa sumur yang harus diperbaikinya.

Beberapa saat kemudian, cuaca memburuk sehingga menyebabkan gelombang stinggi 18 kaki, dan kecepatan angin mencapai 35 knot. Akibatnya, kapal mulai terombang-ambing di luar kontrol.

Mengetahui kondisi demikian, Allcock menginstruksikan agar Lemons dan Yuasa agar kembali naik ke bel selam agar bisa diangkut. Bel selam sendiri merupakan sejenis kapal selam kecil untuk mengangkut penyelam masuk dan kembali ke permukaan.

Saat hendak kembali, tali penghubung milik Lemons ternyata mengalami keretakkan, ia pun terjebak di rangkaian pipa sumur. Ketika tali penghubungnya putus seiring dengan kapal yang terombang-ambing dihempas ombak, ia jatuh di dasar laut.

Baca Juga: Kapal Berusia 400 Tahun Ditemukan di Laut Baltik dalam Keadaan Hampir Utuh

 

"Di di dasar sana sangat gelap. Saya panik. Sangat berbahaya kalau menyusuri arah yang salah," kenang Lemons dalam dokumenter Last Breath. "Rasanya dapat ke kawasan tak bertuan, dan tak bisa menemukan jalan kembali."

Chris Lemons yang tenggelam di lokasi pipa sumur minyak di laut utara. (Last Breath)

Yuasa pun hendak menolongnya dengan turun kembali, bahkan berada di jarak yang cukup dekat dengannya. Tetapi tak dapat lebih dekat lagi akibat tali penghubungnya yang sudah mencapai batas jaraknya.

Dalam kondisi kekurangan napas, Lemons menjelaskan bahwa yang dirasakannya adalah suhu yang sangat dingin akibat panas yang tak lagi diterimanya. Kemudian ingatannya membawanya pada kenangan berkesan, dan tunangannya, sebelum akhirnya ia jatuh pingsan dalam jangka waktu lama.

Sekitar 36 menit setelah tali penghubungnya putus, nyawa Lemons berhasil diselamatkan. Semua berkat dari kapal yang sudah bisa dikendalikan kembali ke posisi, dan Yuasa mengangkutnya. Kesadaran Lemons pun pulih sesaat kemudian.

Baca Juga: Nasib Kapal-Kapal Kuno yang Tenggelam di Jalur Rempah Nusantara

WHO dalam laporan tahun 2014 mencatat, bahwa tenggelam adalah salah satu kecelakaan tertinggi yang menyebabkan kematian. Data statistika mereka menyebutkan setidaknya 375.000 orang per tahun meninggal karena tenggelam.

Para ilmuwan di jurnal Physiology menjelaskan tenggelam akan terkena gangguan elektrolit yang menjadi faktor utama kematian. Gangguan ini dapat menyebabkan perubahan permeabilitas kapiler yang memperburuk edema paru-paru.

Melansir dari Medical Encyclopedia, tenggelam dapat menyebabkan kerusakan otak permanen sejak empat menit tanpa oksigen. Menyusul kematian yang akan tejadi dengan waktu paling lama enam menit setelahnya.