KRI Nanggala Terbelah Tiga, Sekuat Apa Tekanan Air Kedalaman 838 M?

By Utomo Priyambodo, Senin, 26 April 2021 | 13:24 WIB
Kapal Selam KRI Nanggala-402. (ANTARA)

Nationalgeographic.co.idKapal selam KRI Nanggala-402 ditemukan telah tenggelam di kedalaman 838 meter. Semua kru kapal selam tersebut, berjumlah 53 orang, dinyatakan telah meninggal.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan kapal selam KRI Nanggala-402 ditemukan dalam keadaan telah terbelah. "Ini terdapat bagian-bagian dari KRI Nanggala. Jadi di sana KRI Nanggala terbelah menjadi tiga bagian," kata Yudo dalam konferensi pers secara virtual, Minggu, 25 April 2021, seperti dikutip dari Kompas.com.

Yudo menjelaskan, kontak visual kapal selam KRI Nanggala-402 berhasil ditemukan pada hari Minggu, 25 April 2021, pukul 09.04 WITA. Penemuan dilakukan oleh kapal MV Swift Rescue milik Singapura setelah melanjutkan pencarian yang dilakukan KRI Rigel.

"Mendapatkan kontak visual pada posisi 074856, 07 derajat, 48 menit, 56 detik Selatan dan 114 derajat, 51 menit, 20 detik Timur, pada kedalaman 838 meter," ujarnya.

Yudo juga memaparkan, berdasarkan hasil kontak visual tersebut, kapal selam KRI Nanggala-402 telah terbelah menjadi tiga bagian seperti pada bagian belakang kapal yang tidak berbadan tekan, buritan badan kapal, hingga bagian haluan yang terlepas. Ia mengatakan, ada bagian kapal yang masih utuh tetapi terdapat bagian yang retak kecil.

Menurut Schmidt Ocean Institute, tekanan hidrostatis air meningkat sebanyak 1 atm setiap kedalaman 10 meter. Maka berarti tekanan hidrostatis di kedalaman 838 meter adalah sekitar 84 atm. Padahal, manusia hanya bisa bertahan pada tekanan sekitar 3 hingga 4 atm.

Baca Juga: Pengalaman Masuk Kapal Selam KRI Nanggala-402: Hati-hati Kepala Anda!

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, ini juga yang menjadi salah satu alasan kenapa awak kapal selam KRI Nanggala-402 tidak dapat begitu saja keluar dari kapal selam. Berenang dalam air laut di kedalaman 838 meter adalah hal yang tidak mungkin bagi manusia, rasanya mungkin akan sama seperti dinjak 100 ekor gajah di kepala.

Saat air masuk ke kapal selam, kurang dari hitungan detik gendang telinga akan pecah, paru-paru akan termampatkan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa lalu pecah. Selanjutkan akan diikuti oleh pembuluh darah dan organ seluruh tubuh yang ikut hancur. Jadi, membuka pintu kapal selam dan berenang keluar adalah hal yang mustahil kecuali kapal selam tersebut masih berada di kedalaman dangkal.

Schmidt Ocean Institute mengibaratkan tekanan air di kedalaman 11.000 meter adalah seperti diinjak oleh 100 gajah dewasa di kepala. Maka berarti tekanan air di kedalaman 838 meter adalah seperti diinjak oleh sekitar 8 gajah dewasa di kepala.

Kapal selam KRI Nanggala-402 berlayar mendekati dermaga Indah Kiat di Kota Cilegon, Banten, beberapa waktu lalu. (CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO)

Terkait kondisi kapal selam yang rusak atau hancur, ini juga disebabkan oleh tekanan hidrostatis air di laut dalam. Tekanan 1 atm adalah setara dengan 10.332,27 kilogram-force per meter persegi.

Tekanan air di kedalaman laut ini menuju ke segala arah dan mengenai seluruh permukaan bagian kapal selam. KRI Nanggala-402 memiliki dimensi ukuran 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Maka luas permukaan kapal selam ini adalah sekitar 1.437,5 meter persegi.

Jadi bisa diperkirakan bahwa kapal selam ini menerima gaya dorong air sebesar 10.332,27 kilogram-force dikali 1.437,5 meter persegi. Totalnya adalah 14.852.638,1 kilogram-force.

Gaya dorong air dengan besar total nyaris 15 juta kilogram-force itu, merupakan angka yang cukup untuk membuat kapal selam tersebut hancur.

Baca Juga: Bisakah KRI Nanggala-402 Ditemukan Sebelum Cadangan Oksigennya Habis?

Sebelumnya Laksamana Yudo Margono juga telah menyampaikan bahwa ada serpihan-serpihan barang dari KRI Nanggala-402 yang ditemukan terapung di permukaan laut di sekitar titik hilangnya kapal selam tersebut. Serpihan-serpihan barang yang ditemukan itu antara lain pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, botol plastik berisi pelumas periskop kapal selam, spons penahan panas, dan alat salat milik awak KRI Nanggala-402.

Geolog independen Awang Harun Satyana menjelaskan bahwa serpihan-serpihan ini hanya bisa lepas, keluar, dan naik ke muka laut dari Nanggala bila kapal selam ini tenggelam dan mengalami retak. Menurut Awang, kondisi ini lebih cocok disebut sobek, atau lebih cocok lagi disebut “crushed”.

 

"'Crushed' terjadi karena kapal selam tenggelam ke tempat 'crush depth'. 'Crushed' oleh tekanan kolom air laut di sekelilingnya," tulis Awang di akun Facebook-nya

"Sonar dari kapal-kapal pencari mengindikasi bahwa Nanggala tenggelam ke kedalaman sekitar 850 meter. Padahal, Nanggala dibuat untuk bisa bertahan atas tekanan maksimum sampai kedalaman 500 meter. Kedalaman lebih dari 500 meter adalah 'crush depth' untuk Nanggala. 'Crush depth' adalah kedalaman benda akan ringsek, remuk oleh tekanan air."

"Akan mampu bertahankah kapal selam berumur 44 tahun berada di kedalaman 850 meter menahan tekanan besar hidrostatik kolom air laut setebal 850 meter?" lanjut Awang lagi. "Menurut beberapa informasi, tidak. Kapal akan mengalami 'crush', implosion (lawan explosion) --ledakan ke dalam, remuk, ringsek. Bagaimana bila itu terjadi, mohon maaf, tentu fatal seketika bagi seluruh awak di dalam kapal. Lebih ngeri daripada mati lemas karena ketiadaan oksigen."