Nationalgeographic.co.id—Kementerian Pariwisara dan Ekonomi Kreatif bersama Hatian Kompas akan mengadakan International Conference on Local Wonders di lima destinasi super prioritas. Hal ini merupakan bagian dari upaya mencari bentuk dan acuan bagaimana sebenarnya model ideal dari pariwisata di tengah pandemi.
Secara kumulatif sejak Januari-September 2020, data Badang Pusat Statistik (BPS) menunjukan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 3,56 juta kunjungan. Turun 70,57 persen dibandingkan dengan 12,10 juta kunjungan pada periode yang sama pada 2019.
Namun denyut pariwisata mulai terlihat di beberapa dsestinasi. Termasuk lima destinasi super prioritas yakni Borobudur di Jawa Tengah, Likupang di Sulawesi Utara, Mandalika di NTB, Danau Toba di Sumatra Utara, dan Labuan Bajo di NTT.
Baca Juga: Chef Michael: Gastronomi Labuan Bajo Adalah Pertemuan Bangsa-Bangsa
International Conference on Local Wonders akan dimulai dari Juni Hingga November 2021. Acara itu akan mengulik topik-topik secara mendalam bersama narasumber nasional dan internasional dari beragam perspektif. Yang dieksekusi dalam bentuk MICE (Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions).
Acara ini juga melibatkan audiens daring dan luring saat penyelenggaraanya. Atau disebut dalam julukkan hibrida. Arinya, hadirin yang luring ditetapkan terbatas dengan protokol kesehatan. Sementara yang daring dapat tetap mengukuti acara ini melihat sisi kesehatan menjadi perhatian.
"Dampak terdahap MICE dari pandemi luar biasa. Hampir semua acara tertunda. Yang lebih sulit lagi bagaimana meningkatkan kepecayaan dari pasar di Indonesia. Tantanganya besar. Kita berharap konferensi ini dapat meningkatkan kualitas destinasi super prioritas. MICE tidak lagi daring tapi hibrida. Sehingga peserta luar negeri bisa hadir secara daring," kata Masruroh, Direktur MICE Kemenparekraf di konferensi pers Konferensi Internasional Lima Destinasi Super Prioritas Kemenparekraf RI bersama Harian Kompas.
Perhelatan kali ini dapat dilakukan karena pada 2020 lalu, Kompas telah menjalankan beberapa acara berskala nasional secara hibrida. Yakni Kompas CEO Forum dan Elute Race Borobudur Marathon.
Baca Juga: Singkap Labuan Bajo: Jejak Perkembangan Kota dan Tradisi Multikultur
Adi Prinantyo, Redaktur Pelaksana Harian Kompas mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa mengandalkan satu destinasi saja seperti Bali. Karena bali terpukul berat.
"Itu kita seakan tidak punya sumber pemasukan lain dari wisatawan asing maupun domestik. Itulah pemerintah mencanangkan lima destinasi pariwisata super prioritas ini. Katakanlah ada kesenjangan antara Bali dan Borobudur. Tapi upaya itu harus dimulai," katanya di acara yang sama.
"Karena betapapaun harus berkembang termasuk pemberdayaan ekonomi lokal. MICE mungkin kesannya formal tapi di acara formal itu, wisatawan yang hadir mengagendakan jadwal jalan-jalan. Jadi di dalam MICE ada peluang-peluang pengembangan ekonomi lokal. Keberdaaan MICE bisa jadi pintu masuk wisatawan," lanjutnya.
Pemerintah, menurut Masruroh, tidak bisa bekerja sendiri dalam setiap pembuatan strategi. Harus melibatkan banyak pihak untuk dampak ekonomi yang lebih luas.
"Kami berharap konferensi ini akan berdampak secara luas terhdap kehidupan ekonomi. Dan memberi kesan yang baik terutama pasar internasional, bahwa MICE bisa dilaksanakan kembali," tutupnya.
Lima destinasi super prioritas merupakan amanah dari RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2019-2024.
Menurut laman Kemenparekraf, destinasi pariwisata super prioritas adalah bagian dari program "10 Bali baru" yang dicanangkan pemerintah.
Nantinya destinasi tersebut tidak hanya menjadi daya tarik wisatawan namun menumbuhkan ekonomi kreatif yang bisa dinikmati warga setempat.
Baca Juga: Ahli Teliti Rahasia Geologi Danau Tersembunyi di Kawasan Danau Toba