Bagaimana Paus-paus Membantu Mendinginkan Temperatur Planet Bumi?

By Fikri Muhammad, Senin, 3 Mei 2021 | 17:44 WIB
Tubuh paus, di antara makhluk terbesar di Bumi, merupakan simpanan karbon yang sangat besar. (ALAMY)

Nationalgeographic.co.id—Ketika kita melihat paus terdampar seringkali memancing reaksi keras dan menyedihkan. Betapa tidak? Makhluk yang begitu luar biasa menjadi lemak tak bernyawa di daratan. Namun, yang paling penting dicatat adalah hilangnya peluang penyerapan karbon

Paus, terutama balin dan kotaklema, termasuk di antara mahluk terbesar di Bumi. Tubuh mereka adalah penyimpanan karbon yang sangat besar dan keberadaan mereka di lautan membentuk ekosistem di sekitar mereka.

Dari kedalaman lautan, mahluk-mahluk ini juga menentukan suhu planet—dan itu adalah sesuatu yang baru-baru ini kita hargai. 

"Di darat, manusia secara langsung mempengaruhi karbon yang tersimpan di ekosistem darat melalui penebangan dan pembakaran hutan dan padang rumput," menurut makalah ilmiah Plos One. "Di lautan terbuka, siklus karbon diasumsikan bebas dari pengaruh langsung manusia."

Namun asumsi tersebut mengabaikan dampak mengejutkan dari perburuan paus. Manusia telah membunuh paus selama berabad-abad, tubuh mereka memberi kita segalanya mulai dari daging hingga minyak hingga tulangnya. Catatan perburuan paus komersial paling awal terjadi pada 1000 Masehi. Sejak itu, puluhan juta paus telah dibunuh dan para ahli percaya bahwa populasinya mungkin telah menurun antara 66% dan 90 persen menurut Esajournals.

 

Baca Juga: Keindahan dalam Kebuasan, 70 Orca Memangsa Paus Biru di Tengah Laut

Kotoran paus adalah pupuk yang ampuh bagi fitoplankton laut, yang memiliki potensi besar untuk menangkap karbon. (ALAMY)

Paus yang hilang di lautan juga memiliki dampak yang tidak terduga.

Misalnya, saat populasi paus menurun, orca yang mendahului mereka beralih ke mamalia laut yang lebih kecil seperti berang-berang laut. Berang-berang kemudian menurun, menyebabkan penyebaran bulu babi, yang menggerogoti hutan rumput laut di sekitar Atlantik Utara—dengan efek lanjutan pada penyerapan karbon laut.

Artinya, memulihkan populasi paus ke jumlah sebelum perburuan paus bisa jadi alat penting dalam mengatasi perubahan iklim. Menyerap karbon baik secara langsung maupun tidak. Dengan demikian membantu mengurangi volume besar CO2 yang dipancarkan oleh bahan bakar fosil. 

Baca Juga: Cerita Lumba-Lumba yang Terdampar di Tambak Bandeng Maros Sulsel

 

Ada berbagai usulan lain untuk mencapai pegurangan itu, termasuk penanaman pohon dan merangsang pertumbuhan fitoplankton dengan menambahkan rekayasa geo yang dikenal sebagai pemupukan besi. 

Tetapi penananaman pohon membutuhkan sumber daya langka. Seperti tanah terestrial, yang mungkin telah digunakan sebagai habitat atau lahan pertanian berharga. Kotoran ikan paus juga akan memberikan potensi pembuahan besi di laut menurut penelitian Pershing dalam BBC.