Nationalgeographic.co.id—Interior yang penuh dengan barang-barang tidak serasi adalah tanda zaman. Gaya hidup yang bernama maksimalisme - kebalikan dari minimalisme - lebih ramai dengan sentimen yang tidak sederhana.
"Saya selalu terpesona oleh semua jenis benda: mainan, buku bergambar, kartu pos, porselen,"kata seniman Spanyol Juanji Fuentes kepada BBC Culture.
Rumahnya di Malaga hampir setiap permukaannya ditutupi oleh rangkaian pernah-pernik dan barang antik yang menggembirakan.
"Saya mendapatkan barang dari pasar loak dan saya selalu menjadi orang yang menyimpan benda-benda keluarga. Dan saya sangat beruntung karena teman-teman saya menawari saya barang-barang miliki kerabat mereka," tawanya.
Kamar-kamarnya dipenuhi dengan kelimpahan yang indah: cahaya dan pola, inspirasi untuk mata dan pikiran. Karya seni, dipertukarkan dengan sesama seniman dan menghiasi dindingnya.
Tidak mengherankan bahwa, ketika Centre de Cultura Contemporània de Barcelona (CCCB) mencari seniman untuk mengilustrasikan kurasi kreatif, mereka memasangkan Fuentes dengan fotografer Inggris Martin Parr.
Baca Juga: Interior Unik, Toilet di Dalam Kafe Ini Berdinding Akuarium Penuh Ikan
Pandemi telah mengubah cara kita berhubungan dengan dunia, memicu kembali kecintaan akan pakaian santai serta glamor dalam ruangan. Dan bahkan gagasan kita tentang masyarakat. Dan itu telah mengubah cara kita berhubungan dengan rumah kita.
Kebahagiaan, kegembiraan, dan kerumitan. Itu merupakan pergeseran dari gaya minimalis yang telah mendominasi media desain. Guru seperti Marie Kondi telah menjadi eksponen yang paling bersemangat, membujuk orang biasa dan selebriti untuk membuang barang-barang dari rumah mereka yang tidak "memicu kegembiraan".
Namun menjaga rumah tetap rapih adalah kerja keras. "Seorang yang saya wawancarai menyebutkan bahwa banyak kliennya yang bercira-cita untuk minimalis merasa mereka tidak bisa hidup seperti itu," kenang Jennifer Howard, penulis Clutter: An Untidy History kepada BBC.
Dan manfaat lain dari maksimalisme seperti negara-negara kaya yang membuang banyak barang setiap tahunnya.
Seringkali membuang barang-barang yang tidak diinginkan ke negara-negara miskin yang tidak memiliki infrastruktur untuk membuangnya dengan benar.
Dalam konteks ini, maksimalisme menjadi balasan revolusioner untuk ledakan barang di beberapa tempat.
Baca Juga: Merekam Progres CitraLand Cibubur dengan Photography Contest 2020