Boyce mengatakan dia yakin burung hantu yang hidup nokturnal bitu elum terlihat dalam waktu lama karena kepadatan populasinya rendah dan mungkin "endemik" di pulau itu. Beruntungnya, dia dapat menemukan spesies burung hantu itu lagi setelah pencarian selama dua minggu yang melelahkan.
Baca Juga: Temuan Mumi Burung di Gurun Atacama Chile Singkap Sisi Gelap Manusia
Dia mencatat bahwa spesies burung hantu langka itu "akan punah begitu cepat sehingga kita mungkin kehilangan spesies yang bahkan tidak pernah kita ketahui keberadaannya." Dia juga menekankan, manusia "tidak dapat melestarikan apa yang tidak kita ketahui keberadaannya." Oleh karena itu, penemuan kembali spesies burung hantu ini sangat penting untuk kelestariannya.
"Ini mengingatkan kita sebagai manusia, dan sebagai ilmuwan, bahwa ada banyak hal, ada tempat di dunia ini — ahkan pada titik ini di mana kita memiliki sidik jari di seluruh planet ini— yang masih belum kita pahami dan kita Setiap hari masih terkejut dengan hal-hal yang kita temukan," tutur Boyce.
Menurut Mongabay, status konservasi burung hantu dari jennis ini kini terdaftar sebagai yang paling tidak menjadi perhatian dalam Daftar Merah IUCN. Mongabay tersebut juga mencatat bahwa kini Kalimantan dan hutannya semakin terpengaruh oleh perubahan iklim.