Nationalgeographic.co.id—Pegunungan Himalaya ternyata juga "bernapas" seperti manusia. Ada saatnya gunung-gunung di wilayah tersebut tumbuh mengembang, tapi ada waktunya juga mereka menyusut. Peris seperti rongga dada manusia saat menghirup dan mengembuskan napas.
Prinsipnya, jika kita dapat memajukan jam planet kita dengan cepat, yang berarti mempercepat putaran rotasinya, permukaan bumi akan menggeliat karena aktivitas perputaran tersebut. Benua-benua akan berlarian di seluruh dunia, lautan-lautan akan terbuka dan tertutup, dan gunung-gunung baru akan menjulang ke langit.
Namun, setelah gunung-gunung naik, gunung-gunung tersebut secara berkala juga akan tenggelam kembali ketika tekanan dari tabrakan tektonik memicu gempa bumi. Peristiwa ini terjadi dalam satu siklus, seperti dada raksasa berbatu yang menarik napas tidak rata, jelas Luca Dal Zilio, ahli geofisika dari California Institute of Technology di Amerika Serikat.