Ai-Da, Robot Kecerdasan Buatan yang Dapat Melukis Dirinya Sendiri

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 23 Mei 2021 | 08:00 WIB
Ai-Da berpose dalam pameran karynya di Design Museum di London ( David Parry/PA)

Nationalgeographic.co.id—Perkenalkan, gambar di atas adalah Ai-Da. Dia—atau bisa disebut sebagai 'benda itu'—adalah robot pintar yang mampu menggambar seni abstrak. Lukisan abstrak Ai-Da dijalankan lewat model matematika kompleks. Karyanya pun ketika dipamerkan, menlansir Artnet, dapat menghasilkan 1 juta dolar.

Dan kini, ia berhasil membuat lukisan potret dirinya. Karyanya itu ditampilkan dalam pameran seni di Design Museum, London sejak 18 Mei hingga 31 Agustus 2021.

Ai-Da diciptakan sejak 2017 hingga 2019, lewat proyek yang digagas oleh seorang pemilik galeri seni, Aidan Meller. Namanya sendiri diadopsi dari matematikawan Inggris yang menginspirasi program komputer pertama, Ada Lovelace.

Melansir The Guardian, Meller menjelaskan bahwa Ai-Da bekerja lewat program kecerdasan buatan atau algoritma yang meniru kecerdasan manusia. Melalui algoritma ini, ia dapat melukis, memahat, memberi isyarat, berkedip, bahkan berbicara.

Ai-Da juga dirancang untuk terlihat dan bertindak seperti perempuan, termasuk suaranya. Untuk membentuk sosok perempuan, tubuhnya juga terliha seperti manekin dan mengenakan gaun dan rambut palsu. Walau secara mekanis, lengannya jelas seperti bagian dari robot untuk mempermudah gerakan.

Mark Brown, koresponden The Guardian pun mewawancarai Ai-Da saat hendak mengerjakan potret baru dirinya. Brown menulis, percakapan dengan Ai-Da adalah wawncara yang menakutkan.

"Saya selalu terpesona dengan potret diri untuk mempertanyakan apa yang sebenarnya Anda lihat," kata Ai-Da, lalu berkedip.

Baca Juga: Akan Tiba Waktunya Ketika Robot Merebut Mata Pencaharian Manusia

"Saya tidak memiliki perasaan seperti manusia, tetapi saya senang kalau orang melihat pekerjaan saya dan mereka 'mengatakan apa ini?', Saya senang menjadi orang yang membuat orang berpikir," lanjutnya.

Ai-Da mengaku bahwa melukis potret dirinya membutuhkan waktu antara 45 menit hingga satu jam 15 menit.

Mengenai karya lukisan Ai-Da, Meller menjelaskan cara ini diharapkan dapat mendorong diskusi para ilmuwan. Merujuk pada karyanya, Ai-Da sering dicap sebagai "seniman android", meski di sisi lainnya ia dan kepribadiannya juga karya seni Meller.

"Karya-karya ini dimaskudkan untuk membuat pertanyaan tentang ke mana kita akan pergi? Apa peran kita sebagai manusia jika dapat direplikasi lewat teknologi yang banyak," ungkap Meller.

Baca Juga: Robot Ikan Siput Mampu Menjelajahi Palung Mariana, Laut Terdalam Bumi

Tiga potret Ai-Da dalam pameran di Design Museum, London (GLYN KIRK/AFP)

"Ini bukan sekedar pertanyaan dasar, itu lebih luas. Tujuannya adalah untuk mendorong diskusi publik soal topik-topik ini [perkembangan teknologi] daripada hnya memungkinkan untuk membuat alat dari semua teknologi yang berbeda untuk menghasilkan uang saja."

National Geographic Indonesia sebelumnya memberitakan, para ilmuwan sudah menemukan kecerdasan buatan yang mampu memainkan gim era 80-an. Hasilnya, alat itu mampu melampaui skor manusia dalam beberapa permainan.

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Melampaui Skor Manusia Memainkan Gim Era 80-an

Kecerdasan buatan yang mampu melampaui manusia lewat gim itu ditujukan untuk kondisi yang rumit. Sehingga, memungkinkan teknologi yang bisa mengevakuasi korban bila terjadi bencana.

Meski demikian, kecerdasan buatan juga memiliki risiko untuk diretas demi kepentingan yang bisa merugikan manusia. Ancaman itu bisa timbul apabila penemuan tidak praktis dan memiliki celah yang rentan bagi kecerdasan buatan itu sendiri.

"Ujung-ujungnya timbul lebih banyak pertanyaan ketimbang jawaban,” ujar Miles Brundage, peneliti Oxford Future of Humanity Insitute, Maret 2018.

Baca Juga: Peneliti: Kecerdasan Buatan Berisiko Disalahgunakan oleh Peretas

Pencipta Ai-Da berharap keberadaan di sini akan membuat kita lebih memikirkan peran teknologi, khususnya AI, dalam kehidupan kita sehari-hari. "Jika Ai-Da melakukan hanya satu hal penting, itu akan membuat kami mempertimbangkan buramnya hubungan manusia-robot," kata Lucy Seal, peneliti pengembangan Ai-Da, dalam majalah BBC Science Focus.

"Dan mendorong kami untuk berpikir lebih banyak secar hati-hati dan lebih lambat terkait pilihan yang kita buat demi masa depan kita."