Cikal Bakal Puding Yaitu Haggis yang Berasal dari Bagian Dalam Domba

By Bella Jingga Ardilla, Sabtu, 19 Juni 2021 | 13:00 WIB
Keinginan makan makanan manis ketika sedang depresi (Woman Talk)

Nationalgeographic.co.id—"Di saat mengonsumsi makanan manis, hormon serotonin meningkat. Ini membuat meningkatnya rasa nyaman sehingga stresnya turun," kata seorang nutrisionis dari Lagizi, Jansen Ongko, MSc, RD.

Berdasarkan fakta tersebut banyak orang mencari makanan yang bercita rasa manis karena dapat meningkatkan produksi hormon serotonin dalam tubuh. Istilah ‘ngemil’ lebih menjurus kepada kaum hawa ketika tingkat stress mengurus pekerjaan, rumah tangga ataupun hubungan asmara semakin meningkat. Ditemani dengan secangkir kopi dan perbincangan sesame teman, kaum hawa biasanya akan menyantap makanan manis seperti puding, es krim, permen, panekuk, cokelat, hingga slice cake.

Tidak jarang pula, kaum hawa menyimpan makanan manis yang mudah dibuat di rumah, seperti puding. Ternyata pada Abad Pertengahan, puding lebih sering disajikan dalam berbagai jenis hidangan penutup dari Persemakmuran Inggris. Zaman dahulu, istilah puding merupakan makanan penutup yang berasal dari buah-buahan.

Puding segar mengandung buah-buahan yang menggugah selera. (Sahabat Nestle)

Berdasarkan laman localhistories.org, ternyata ‘si manis’ puding pada Abad Pertengahan, merupakan makanan penutup orang kaya selain buah yang diawetkan, roti jahe, almon manis, jeli, serta wafer mentega. Sebuah fakta terungkap, bahwa puding yang dianggap makanan manis, pada Abad Pertengahan tepatnya di Eropa adalah hidangan berbahan dasar daging yang dibungkus.

Puding berasal dari bahasa Perancis yaitu boudin yang berarti "sosis darah" serta bahasa Latin, botellus yang berarti "sosis kecil". Puding pertama kali dibuat oleh koki kuno yang mirip sosis bercita rasa gurih. Salah satu contoh puding bercita rasa gurih adalah haggis.

Berdasarkan laman visitscotland.com, haggis merupakan makanan nasional Skotlandia populer yang terbuat dari jantung, hati, paru-paru domba yang dicampur dengan bawang bombai, serta aneka rempah, garam, lemak, dan oatmeal. Haggis dibungkus dalam perut hewan dan kemudian direbus selama 3 jam.

Haggis merupakan cikal bakal dari puding (MARIA SCINTO)

Perkembangan puding manis terjadi pada abad ke-17 di Inggris. Puding akhirnya terdiri dari dua rasa, yaitu rasa manis dan gurih yang biasanya diolah dengan direbus dalam kantong puding khusus. Selain itu, puding roti dan mentega juga menjadi hidangan umum di abad ke-17.

Meskipun pada abad ke-19, puding masih diolah dengan cara direbus tapi hasilnya lebih mirip kue. Salah satu contohnya adalah puding plum atau puding natal yang disajikan secara tradisional pada saat perayaan natal. Selain itu, dikenal juga puding beras sebagai obat yang baik untuk pencernaan.

Tidak lama terjadi Revolusi Industri yang ditandai dengan produksi kue dan jeli semakin meningkat. Berbagai makanan pencuci mulut baru ditemukan pada abad ke-19 seperti, Bakewell tart yang lebih dikenal puding Bakewell. Puding Roly Poly, Spotted Dick, Peach Melba juga ditemukan pada akhir abad ke-19.

Puding Bakewell (Great British Chef)

Di Indonesia terdapat berbagai jenis puding. Terdapat puding tradisional yang memakai kelapa, gula merah, santan dengan campuran daun suji dan daun pandan. Selain itu, ada juga puding buah-buahan yang segar seperti puding mangga, jeruk, hingga markisa.

Selain rasanya yang enak, puding memiliki berbagai manfaat. Bagi anak-anak memakan puding yang terbuat dari susu bisa mendapatkan kalsium, vitamin, mineral protein, serta serat yang baik untuk tubuh.

Namun, memakan puding manis juga harus diperhatikan takarannya. Berdasarkan jurnal Appetite terdapat sebuah studi dari Brazilia yang menemukan fakta bahwa bila sering menginginkan makanan manis menunjukkan tingkat depresi.

Studi ini diikuti oleh 57 perempuan dengan rata-rata usia 33 tahun. Mereka mengambil sebuah tes yang disebut Stress Symptoms Inventory Lipp in Adults (Inventaris Gejala-Gejala Stress Lipp Pada Orang Dewasa). Hasilnya mengejutkan, 31 perempuan dilaporkan sedang mengalami stres dan depresi, sedangkan 26 lainnya tidak.

Ternyata 77 persen dari perempuan yang dilaporkan stres dan depresi merasakan ingin memakan makanan manis. Fakta ini dipertegas dengan para perempuan mengalami stres dan depresi karena memiliki lingkar pinggang yang cukup lebar secara signifikan, dan juga level leptin (hormon yang terkait dengan nafsu makan) yang lebih tinggi.

Mengonsumi banyak gula atau glukosa juga tidak baik untuk tubuh. Hal ini dinyatakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2013 yang menjelaskan mengenai informasi kandungan gula, garam, dan lemak dalam olahan makanan. Menurut peraturan tersebut disarankan untuk membatasi asupan gula tambahan maksimal sebanyak 50 gram. Jumlah tersebut setara dengan 5-9 sendok teh gula setiap harinya.

“Asupan gula yang konsisten dan berlebihan mengganggu pola makan normal, menyebabkan makan berlebih dan menyebabkan obesitas. Kurangi resiko komplikasi dengan menikmati makanan dan minuman tambahan gula secukupnya serta pilih gula kompleks. Pilih roti, pasta, nasi, kentang, jagung, barley, dan oatmeal lebih sering daripada gula sederhana (seperti soda, permen, kukis, pastry, minuman manis, minuman berenergi, es krim, soft drink, dan gula meja).” Jelas Dr. Robert Lustig dari University of California, San Francisco.