Belum Ada USG, Ini Cara Firaun Mengetahui Jenis Kelamin Bayi

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 20 Juni 2021 | 10:00 WIB
Di Mesir kuno, 5.000 tahun yang lalu, wanita tahu cara untuk memprediksi jenis kelamin bayi dan mempercepat proses melahirkan. (Shutterstock)

Beberapa orang berpikir bahwa jika seorang wanita bisa makan banyak bawang putih tetapi tidak mencium baunya, dia mengandung seorang gadis. Atau jika calon ibu kebanyakan tidur miring ke kiri, maka bayinya laki-laki.

Para peneliti yang menerjemahkan manuskrip papirus Mesir yang berusia 3.500 tahun telah menemukan beberapa nasihat kuno dan tidak biasa tentang masalah ini.

Dokumen-dokumen yang tidak diterbitkan yang dikenal sebagai Koleksi Papirus Carlsberg yang disimpan di Universitas Kopenhagen mencakup kedokteran, botani, astronomi, dan ilmu-ilmu lain yang dipraktikkan di Mesir kuno.

Para peneliti telah menemukan bahwa orang Mesir kuno menganggap astrologi sebagai ilmu yang serius.

"Saat ini, astrologi dipandang sebagai ilmu semu, tetapi di zaman kuno itu berbeda. Itu adalah alat penting untuk memprediksi masa depan dan itu dianggap sebagai ilmu yang sangat sentral," ujar Egyptologist Kim Ryholt, Kepala Koleksi Papirus Carlsberg.

 

"Misalnya, seorang raja perlu memeriksa kapan hari yang baik untuk berperang," tambahnya.

Naskah juga menunjukkan bagaimana orang Mesir mengobati penyakit mata dan bahwa mereka tahu tentang keberadaan ginjal. Namun salah satu bagian yang lebih tidak biasa menggambarkan tes prenatal.

Menurut teks yang diawetkan, seorang wanita hamil akan buang air kecil ke dalam sekantong jelai dan sekantong gandum. Kantong yang tumbuh lebih dulu menunjukkan jenis kelamin anaknya. Jika tidak ada kantong yang tumbuh maka dia tidak hamil.

Tes kehamilan yang sama yang digunakan oleh orang Mesir tampaknya juga disebutkan dalam cerita rakyat Jerman dari tahun 1699.

"Itu benar-benar menempatkan segala sesuatunya ke dalam perspektif, karena ini menunjukkan bahwa ide-ide Mesir telah meninggalkan jejak ribuan tahun kemudian," kata mahasiswa Pascasarjana University of Copenhagen Sofie Schiødt.