Perkembangan sayap ini diteliti dengan observasi terhadap tiga sampel kepompong. Ketiganya memiliki waktu perkembangan pupa yang berbeda saat diobservasi.
Hasilnya, para peneliti menemukan adanya pengurangan kepadatan sel pada bagian sayap yang transparan. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa perkembangan sel di sayap transparan membentuk "sisik yang tipis seperti bulu". Adapun perkembangan di sayap nontransparan cenderung membentuk "sisik yang pipih dan bulat", serta lebih panjang daripada sisik di bagian transparan.
Selain itu, para peneliti juga menemukan dua lapis membran sayap kupu-kupu dewasa. Lapisan bagian bawah memiliki struktur nano seperti pentil yang tersusun secara teratur. Sementara lapisan atas memiliki struktur seperti pilar yang terbuat dari lilin.
Para peneliti kemudian menguji fungsi lapisan lilin ini. Mereka membersihkan lapisan lilin dari sayap sejumlah sampel kupu-kupu. Hasilnya, mereka menemukan bahwa sayap yang dibersihkan menjadi keruh. Para peneliti menyimpulkan bahwa lapisan lilin ini berperan penting dalam membuat sayap ini terlihat transparan.
"Kami melihat bahwa lapisan ini memiliki manfaat antireflektif," tulis Pomerantz, "dan penemuan ini bisa memberi inspirasi terhadap material tembus pandang di masa depan."
Dilansir dari Science Magazine, kupu-kupu sayap kaca (Greta Oto) merupakan salah satu dari ratusan spesies kupu-kupu yang memiliki sayap transparan. Kupu-kupu ini tersebar dari Amerika Tengah hingga Selatan. Orang Amerika Latin berbahasa Spanyol menyebut mereka espejitos, atau "cermin-cermin kecil".
Baca Juga: Berkat Fosil Berusia 200 Juta Tahun, Evolusi Kupu-kupu Terungkap
Adaptasi langka ini membantu kupu-kupu ini untuk menghindari pemangsa. Berbeda dengan capung, transparansi sayap kupu-kupu ini lebih efektif karena tidak memantulkan cahaya sama sekali.
"Transparansi merupakan tingkat kamuflase paling tinggi," ungkap James Barnett, ahli ekologi McMaster University, kepada Science News. "[Adaptasi] ini paling sulit dilakukan, dan mereka harus memodifikasi seluruh tubuhnya agar tidak memantulkan cahaya sama sekali," lanjutnya.
Di masa depan, Pomerantz hendak meneliti lebih jauh lagi bagaimana jejak evolusi dari sayap transparan ini. Seperti disadur dari Science Magazine, Pomerantz dan rekan-rekannya akan mencoba "meneliti genom [kupu-kupu ini] untuk menemui gen-gen yang menyebabkannya".
Baca Juga: Membicarakan Serangga dan Nasibnya di Bumi, Apa yang Harus Dilakukan?