'Tongkat' Ular Berusia 4.400 Tahun Ditemukan, Diduga Milik Dukun Kuno

By Utomo Priyambodo, Selasa, 29 Juni 2021 | 19:30 WIB
Ujung tongkat kayu yang berbentuk kepala ular. (Satu Koivisto/Antiquity)

 

Penemuan "tongkat" kayu terbaru di situs ini memiliki panjang setengah meter. Tongkat kayu ini berbentuk seperti tubuh ular merayap naturalistik dengan kepala ular. Tongkat kayu ini mungkin telah digunakan oleh dukun Zaman Batu untuk tujuan ritual.

Para arkeolog yang meneliti temuan ini mencatat bahwa penemuan ini tidak seperti artefak-artefak kayu lainnya dari Neolitik Eropa Utara. Kadang-kadang figur ular-ular digambarkan juga dalam piktograf seni cadas kontemporer dari Budaya Pit-Comb Ware (juga disebut Budaya Keramik Sisir) di Eropa Utara, di mana mereka dipegang oleh figur mirip manusia. Namun tongkat kayu yang dipahat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk ular belumlah pernah ditemukan di wilayah tersebut.

 

Baca Juga: Manis dan Lekat, Ini Sejarah Permen Tongkat yang Identik dengan Natal

Tongkat kayu berbentuk ular dari Zaman Batu. (Satu Koivisto/Antiquity)

Dr Antti Lahelma dari University of Helsinki mengatakan tampaknya ada hubungan tertentu antara ular dan manusia yang tercermin dalam termuan terbaru ini. "Ini mengingatkan perdukunan utara dari periode sejarah, di mana ular memiliki peran khusus sebagai hewan penolong roh dukun," ujarnya seperti dikutip dari Heritage Daily.

Sejumlah artefak kayu lainnya juga ditemukan selama penggalian baru-baru ini. Beberapa dari temuan-temuan tersebut berupa peralatan kayu, sisa-sisa struktural, dan banyak peralatan memancing.

Dr Satu Koivisto dari dari University of Turku, peneliti utama dalam studi penggalian arkeologi di situs Järvensuo 1 yang juga merupakan penulis utama dalam studi atas temuan tongkat kayu ular yang telah terbit di jurnal Antiquity ini mengungkapkan betapa pentinganya temuan tersebut. “Temuan yang terawetkan dengan baik dari lahan basah membantu pemahaman kita tentang masyarakat kuno dan lanskap di mana mereka melakukan aktivitas duniawi dan sakral.”

Sayangnya, menurut para peneliti tersebut, situs arkeologi Järvensuo 1 kini sedang berada di bawah ancaman akibat proyek pekerjaan drainase dan perubahan lingkungan yang diperburuk oleh perubahan iklim. Kondisi-konisi yang mengancam ini menempatkan situs tersebut dan warisan arkeologi yang terkadang di dalamnya sedang dalam bahaya.

“Tanda-tanda kehancuran yang disebabkan oleh drainase yang luas sudah terlihat jelas di lokasi, dan harta-harta organik situs itu tidak lagi aman.” beber Dr Koivisto.

Baca Juga: Gletser yang Mencair Ternyata Berisi Kotak Kayu Berusia Berabad-abad