Makhluk itu juga membutuhkan mulut yang dimodifikasi. Ini adalah suatu prestasi yang telah dicapai oleh para peneliti yang melakukan studi tersebut, katanya.
"Proyek dino-chicken ini—kita bisa menyamakannya dengan proyek bulan," kata Horner seperti dikutip dari Live Science. "Kami tahu kami bisa melakukannya; hanya saja ada ... beberapa rintangan besar."
Salah satu dari "rintangan besar" itu telah diselesaikan dalam studi yang pernah diterbitkan di jurnal Evolution pada 12 Mei 2015. Dalam studi itu para peneliti mengubah paruh ayam menjadi moncong dinosaurus.
Langkah yang tampaknya kecil itu membutuhkan tujuh tahun kerja. Pertama, para peneliti mempelajari perkembangan paruh pada embrio ayam dan emu, dan perkembangan moncong pada embrio penyu, buaya, dan kadal.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Ilmuwan Temukan Fosil Telur Berisi Bayi Dinosaurus
Kemungkinan jutaan tahun yang lalu, burung dan reptil memiliki jalur perkembangan serupa yang memberi mereka moncong. Namun seiring waktu, perubahan molekuler menyebabkan perkembangan paruh pada burung, kata para peneliti.
Sulit bagi para ilmuwan untuk membandingkan embrio hewan-hewan masa kini, seperti buaya. Sebab, mereka harus menemukan peternakan yang membesarkan hewan-hewan tersebut.
Salah satu pekerjaan molekuler adalah menentukan dengan tepat jalur perkembangan mana yang berbeda, bagaimana mereka berbeda dan apa yang mengendalikannya. Pekerjaan molekuler dapat memakan waktu "berjam-jam dan ratusan eksperimen untuk beberapa yang berhasil," kata Bhart-Anjan Bhullar, peneliti utama studi tersebut yang merupakan ahli paleontologi dan ahli biologi perkembangan di University of Chicago dan University of Yale. "Ini sama seperti penemuan fosil," ujarnya.
Untuk "penemuan fosil" mereka, para peneliti membutuhkan catatan fosil burung dan nenek moyang mereka yang ekstensif untuk melihat seperti apa burung pada berbagai tahap evolusi mereka.
"Anda harus memahami apa yang Anda lacak sebelum mencoba melacaknya," ucap Bhullar.