Sejarah Berubah, Ethiopia Lebih Maju dari Eropa Bukan Sebaliknya

By Fikri Muhammad, Rabu, 7 Juli 2021 | 12:30 WIB
Secara tradisional, cerita berpusat di Eropa dan menempatkan Ethiopia sebagai negara pinggiran dengan kerajaan Kristen yang terbelakang secara teknologi. Tetapi Krebs menampilkan kekuatan Ethiopia. ((Foto oleh Stanislaw Chojnacki milik Proyek DEEDS.) ()

Nationalgeographic.co.id—Pada awal 2020 saat corona merebak, sejarawan bernama Verena Krebs menghabiskan beberapa bulan di rumah orangtuanya di pedesaan Jerman. Sambil menunggu karantina wilayah Jerman, ia menyelesaikan buku tentang sejarah akhir abad pertengahan Ethiopia

Krebs tahu bahwa sumber bukunya bertentangan dengan narasi dominan yang menempatkan Eropa sang penolong Ethiopia yang membutuhkan. Seperti kerajaan Afrika yang mati-matian mencari teknologi militer yang lebih canggih kepada Eropa. Krebs khawatir bukunya akan mengubah interpretasi abad pertengahan. Akan teapi, ia melakukan sesuatu yang radikal.

Alih-alih mengubah apa yang sudah ditulis, Krebs memutuskan untuk mengikuti sumbernya dan menyelesaikan buku bernama Medieval Ethiopian Kingship, Craft, and Diplomacy with Latin Europe yang terbit pada awal tahun ini. 

Cerita ini membalik naskah lama. Dalam narasi tradisional, cerita berpusat di Eropa dan menempatkan Ethiopia sebagai negara pinggiran dengan kerajaan Kristen yang terbelakang dalam teknologi. Akan tetapi, Krebs mampu menampilkan kekuatan Ethiopia.