Pelaut Purba

By , Selasa, 21 April 2009 | 15:19 WIB

Suatu hari di penghujung musim panas 1961, seorang ahli biologi bernama Sherman Bleakney menerima panggilan telepon yang memberitahukan tentang seekor makhluk laut aneh yang baru saja diturunkan nelayan di dermaga Halifax, Nova Scotia. Bleakney yang tinggal tak jauh dari lokasi tersebut terperangah oleh apa yang dia temui di sana. Seekor penyu hitam raksasa seberat 400 kilogram tergeletak terlentang di tengah-tengah kerumunan orang yang penasaran. Penyu itu punya karapaks yang halus dan lentur, sirip depannya seperti sayap, dan kepala besarnya yang berbentuk kerucut tampak seperti peluru meriam.!break!

Bleakney mengenali makhluk itu sebagai penyu belimbing, spesies terbesar dari semua jenis penyu. Seingat Bleakney, penyu belimbing seharusnya merupakan makhluk tropis, dan keberadaannya di perairan abu-abu Kanada yang dingin, sama anehnya seperti melihat burung beo di sebuah taman di Halifax. Namun, ketika Bleakney mulai bertanya kepada warga sekitar, ia mendapati kenyataan bahwa para nelayan sudah cukup biasa melihat penyu-penyu belimbing berenang di lepas pantai Kanada sehingga dapat dianggap sebagai “musim penyu” di penghujung musim panas. Kesimpulan dari hal itu tak terbantahkan, begitu yang ditulis Bleakney pada 1965. “Terdapat bukti bahwa ada invasi tahunan ke perairan pantai Atlantik kita yang dingin oleh penyu yang berasal dari daerah tropis.” Asal muasal binatang-binatang itu yang dari selatan tampak jelas dari sejumlah bangkai penyu yang dia teliti. Salah satu bangkai membawa ranting pohon bakau tropis yang tertancap di matanya; yang lainnya membawa teritip dari perairan hangat. Namun penyu belimbing bisa bertahan hidup, bahkan berkembang pada suhu yang dapat membunuh jenis penyu lainnya. Yang lebih aneh lagi adalah apa yang ia temukan di dalam tubuh mereka: Perut raksasa dari reptilia-reptilia laut itu mengandung kunyahan ubur-ubur dalam jumlah yang banyak, termasuk tentakel-tentakel penyengat, dan kerongkongan binatang-binatang itu ditumbuhi oleh barisan duri-duri seukuran tujuh sentimeter yang mengarah ke dalam untuk menahan mangsanya yang licin.

Bleakney kemudian menjalani penelitian yang lain—dia punya ketertarikan yang khusus terhadap siput laut, tetapi ia tidak pernah berhenti mengagumi makhluk-makhluk raksasa yang ditemuinya di dermaga nelayan Nova Scotia. “Sungguh tak disangka,” kenang Bleakney dalam sebuah wawancara dengan para pelestari lingkungan Kanada baru-baru ini. “Ada reptil seukuran itu yang hidup di air es dan mampu tumbuh dengan makan ubur-ubur.” Hampir 50 tahun kemudian, para ilmuwan masih terkejut-kejut dengan kemampuan fisik penyu belimbing yang istimewa, walaupun kekaguman masa kini cenderung diwarnai sentimen yang lebih modern: kekhawatiran bahwa sebelum kita mampu memahami sang penyu dan kisah epik hidupnya, aktivitas kita sendiri kemungkinan telah mendorong kepunahannya.

Dalam 25 tahun terakhir, para peneliti yang menghitung jumlah penyu belimbing yang merangkak untuk meletakkan telur di pantai-pantai tropis dan subtropis telah mewanti-wanti kita seiring melorotnya jumlah penyu belimbing: dari puluhan bahkan ratusan ribu di pantai Pasifik Meksiko dan Amerika Tengah hingga menjadi hanya beberapa ratus saja kini; dari beberapa ribu hingga tinggal segelintir saja di Malaysia. International Union for the Conservation of Nature telah mendaftarkan penyu belimbing dengan status terancam punah (critically endangered) dan menyebutkan berbagai faktor yang membunuh binatang-binatang itu sungguh membuat pilu: terbelit dan tenggelam akibat peralatan pancing, tersedak kantong plastik yang hanyut, tertabrak kapal, dibantai untuk diambil dagingnya, atau sudah jadi takdirnya bahkan sebelum penyu-penyu itu menetas yaitu ketika sarang-sarangnya dibongkar dan telurnya dijual sebagai makanan atau sebagai obat kuat lelaki. Garis keturunan penyu belimbing merentang hingga 100 juta tahun silam—“penyu belimbing sudah ada di pantai ketika T.rex menjadi predator puncak,” kata Scott Eckert dari Wider Caribbean Sea Turtle Conservation Network di Duke University. Kini, di beberapa wilayah, garis keturunannya telah mencapai titik terakhir.

Namun Habiskanlah waktu bersama peneliti seperti Eckert dan Anda akan mulai melihat penyu tersebut sebagai penyintas, makhluk yang mampu bertahan hidup. Si belimbing mampu menyelam sedalam lebih dari satu kilometer, berenang menyeberangi samudra, dan membuat tubuhnya tetap hangat di air yang hampir beku. Penyu belimbing bertahan hidup dengan pakan yang hanya dapat dicerna oleh segelintir makhluk lainnya. Selain itu yang terpenting adalah penyu belimbing membiarkan berbagai pilihan tetap terbuka. Penyu-penyu laut yang lain cenderung setia kepada pantai tempat bersarang dan areal pencarian makannya dan itu membuat penyu-penyu tersebut sangat rentan seiring dengan meningkatnya tekanan manusia. Berbeda dari sejawat-sejawatnya itu, si belimbing dapat lebih bersikap oportunis, mengeksploitasi kondisi-kondisi yang menguntungkan—pantai yang belum terjamah untuk dijadikan lokasi bersarang, lokasi perkembangbiakan ubur-ubur yang padat—apabila si belimbing menemukannya. “Penyu jenis ini memperlakukan seluruh bagian samudra bagai kolam pribadi mereka,” kata Jeanette Wyneken, ahli biologi di Florida Atlantic University. Akibatnya adalah, di beberapa kawasan, populasi penyu belimbing justru tengah bertambah. !break!

Musim semi telah tiba di Pantai Matura, daerah pantai berpasir dengan barisan pohon palem sepanjang sepuluh kilometer yang tergerus ombak di pesisir timur Trinidad. Pada siang hari, pantai tersebut terlihat seakan telah dilalui oleh kendaraan transportasi pasir raksasa. Jalur-jalur berbentuk V terbalik, selebar satu setengah meter, saling berjalinan di atas pasir, terputus oleh lubang-lubang dangkal seukuran sebuah mobil. Ketika malam tiba, penggali-penggali tanah yang sesungguhnya mulai bermunculan. Mereka bergerak tanpa suara derungan mesin namun dengan bunyi bisikan pasir, Terdengarlah dentum tubuh-tubuh yang mengangkat tubuh untuk maju senti demi senti, desahan, dan geraman dari upaya keras. Penyu belimbing tengah bersarang.

Hitam dan berkilat di bawah pancaran sinar bulan, Setiap penyu betina menyeret tubuhnya keluar dari ombak, sirip depannya mencakar pasir tatkala si betina menarik tubuhnya, lalu berlabuh untuk mulai menggali. Dengan menggunakan sirip belakangnya sebagai sekop, si betina berhasil menggali sebuah lubang; ketika sudah tak lagi bisa menggali lebih dalam, si betina mulai menelurkan butiran-butiran berkilau sebesar bola biliar yang muncul setiap beberapa detik. Begitu si betina punya tempat yang aman bagi 80-an butir telur, induk belimbing itu pun menimbuni sarang, menyapukan sirip depannya untuk meratakan tempat tersebut. Lalu, si induk menyeret tubuhnya menjauh satu atau dua meter lalu membuat sejumlah bentuk kupu-kupu pasir raksasa—sarang-sarang tipuan yang berfungsi untuk membingungkan pemangsa. Setelah dua atau tiga jam di pantai dan tenggorokannya memerah akibat bekerja keras, induk itu pun kembali ke laut.

Penyu belimbing sudah bersarang di Pantai Matura sepanjang ingatan manusia, bahkan pada tahun-tahun gelap 1970-an dan 1980-an ketika pantai berbau menyengat akibat bangkai penyu-penyu yang dibantai membusuk di bawah terik matahari dan pasir dipenuhi lubang yang digali oleh pencuri telur. Saat ini penyu dapat bersarang tanpa diganggu, wilayah reptilia tersebut dijaga oleh patroli Nature Seekers, sebuah kelompok konservasi lokal. Jumlah penyu telah melonjak, dari beberapa ratus sarang setiap tahun pada dekade lalu menjadi sekitar 3.000.

Pada praktiknya, kini penyu menyerbu pantai-pantai Trinidad. Tahun lalu di Grande Riviere, sebuah pantai yang panjangnya bahkan tidak sampai satu kilometer, sebanyak 500 penyu belimbing setiap malam berlomba mendapatkan tempat bersarang, demikian padatnya sehingga penyu-penyu itu saling menggali sarang, memberi rezeki nomplok kepadai burung-burung pemangsa dan anjing-anjing liar. Di berbagai wilayah lainnya di pulau tersebut, para penyu telah mulai membangun koloninya di pantai-pantai yang sedianya masih kosong beberapa tahun yang lalu. Jika dihitung secara keseluruhan, Eckert memperkirakan, 8.000 penyu belimbing mengunjungi Trinidad untuk bersarang tahun lalu.!break!

Jumlah tersebut sangat mencengangkan, mengingat bahaya-bahaya yang dihadapi penyu di lepas pantai. Musim bersarang penyu belimbing juga bersamaan dengan masa ketika ratusan nelayan di Trinidad timur laut memasang berlembar-lembar tirai jaring beberapa kilometer dari pantai dan berharap memperoleh banyak ikan makarel atau tenggiri. Alih-alih, mereka semakin sering menangkap penyu seberat 450 kilogram.

Para nelayan tidak bersuka cita atas keadaan tersebut, sama halnya dengan Eckert dan rekan-rekannya.

Di dermaga nelayan di pelabuhan kecil bernama Toco, Shazam Mohammed terlihat kurus kering, bertelanjang dada, dan geram. Ia menunjuk tumpukan jaring penangkap ikan berwarna hijau yang kusut dan sobek-sobek. “Semua jaring tersebut telah dipotong-potong,” katanya—dipotong untuk melepaskan penyu-penyu belimbing yang terjaring semalam sebelumnya. “Jika kami dapat menghasilkan 200 dolar Trinidad [kurang lebih Rp270.000], kami harus mengeluarkan 500 dolar untuk memperbaiki jaring-jaring tersebut.” Dapat disimpulkan bahwa penyu-penyu tersebut juga tidak mengalami keberuntungan. “Penyu-penyu belimbing sial. Saya tidak akan membuang waktu untuk menyelamatkan mereka—jika seekor terjaring, akan saya hancurkan dia.”

Eckert dan para koleganya dari NOAA Fisheries Service yang berharap dapat menemukan solusi agar penyu belimbing yang bertelur dapat hidup berdampingan dengan nelayan pesisir telah bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk menguji jaring yang dimodifikasi supaya mengurangi jumlah penyu yang terjerat. Sementara itu, semakin banyak nelayan yang berupaya mencari sumber penghasilan lain pada musim penyu bertelur. Walau demikian, Eckert dan pihak-pihak lainnya memperkirakan, sekurangnya 1.000 penyu belimbing mati setiap tahun di perairan Trinidad, tenggelam dalam belitan jaring atau terpotong- potong oleh nelayan yang putus asa ketika mencoba melepaskannya.