Saat kita menyalakan saklar, listrik yang mengalir ke bohlam lampu diciptakan sepersekian detik sebelumnya, dari jarak sekian kilometer jauhnya. Kita tidak bisa mengetahui tempat pembuatannya karena ratusan pembangkit listrik yang tersebar di banyak negara bagian, menuangkan produksinya ke dalam jaringan yang sama. Listrik tidak bisa disimpan dalam skala besar dengan menggunakan teknologi di jaman sekarang; ia harus digunakan saat itu juga. Setiap saat harus ada keseimbangan yang akurat antara pembangkit listrik dan permintaan dari seluruh jaringan. Di ruangan pengendali di sekeliling jaringan, para insinyur terus menerus mengawasi arus listrik, mencoba menjaga voltase dan frekwensi tetap stabil dan menghindari arus yang bisa merusak baik peralatan para konsumen maupun milik pembangkit itu sendiri.
Saat menyalakan lampu di rumahku di Washington, D.C., maka aku sedang mencelupkan jariku ke dalam kolam listrik besar yang bernama PJM Interconnection. PJM adalah salah satu operator daerah yang menangani jaringan Timur; ia meliputi District of Columbia dan 13 negara bagian lainnya, dari sebelah timur Sungai Mississippi sampai New Jersey dan terus turun sampai Tepi Luar North Carolina. PJM bisa dianggap sebuah pasar listrik yang terus menjaga persediaan dan permintaan hampir sama besarnya – setiap hari, setiap menit, setiap detik – antara ratusan produsen dan distributor serta 51 juta orang konsumen, melalui jaringan tansmisi bervoltase tinggi sepanjang 90,686 kilometer.
Salah satu pusat pengendali PJM terbaru hanya berjarak satu jam perjalanan di utara Philadelphia. Februari lalu, aku mengunjungi tempat tersebut dengan Ray E. Dotter, seorang juru bicara perusahaan. Sepanjang jalan, Dotter menunjuk jalur listrik bawah tanah yang kami lewati. Tampak sepasang jaringan 500 kilovolt yang menghubungkan pembangkit nuklir Limerick dengan sub-stasiun Whitpain. Kemudian tampak sebuah jalur 230 kilovolt. Lantas menyusul jalur lainnya. Biaya menguburkan jaringan di bawah tanah sangat mahal kecuali di kota-kota yang padat. ”Kami perlu membangun jaringan baru,” ujar Dotter. ”Tetapi apa pun usulan kita tentang lokasi penempatan kabel-kabel itu, orang-orang selalu menolaknya.”
Dotter tiba-tiba keluar dari jalan raya. Sebuah menara komunikasi menjulang di atas puncak pohon. Dia mengemudikan mobil menuju sebuah bangunan yang dikelilingi oleh pagar. Tak lama kemudian kami telah berada di dalam sebuah bunker, dibangun oleh AT&T saat Perang Dingin untuk melindungi apa pun kecuali jika tembakan nuklir diarahkan langsung ke tempat itu. Bunker itu baru-baru ini dibeli oleh PJM untuk dijadikan pusat jaringannya yang baru.!break!
Dalam ruangan pengendali tanpa jendela, didominasi oleh 36 layar komputer di sekeliling kami, general manager yang bertugas, Mike Bryson, menjelaskan apa yang sedang kulihat. Sebuah peta dinamik di salah satu layar menunjukkan jaringan yang ditangani PJM. Panah mewakili jalur transmisi utama, masing-masing dengan nomor menunjukkan seberapa besar arus listrik yang sedang mengalir saat itu. Sebagian besar panah menunjuk dari barat ke timur: Di Amerika bagian Timur listrik mengalir dari pembangkit listrik utama di jantung negara menuju sekelompok besar konsumen di sepanjang pantai timur. Saat itu jaringan PJM membawa listrik sebesar 88.187 megawatt. ”Hari ini adalah hari musim dingin yang cukup hangat – kupikir kita tidak akan melewati 90.000,” ujar Bryson.
Komputer mengambil data dari 65.000 titik di sistem, ujarnya menjelaskan. Mereka melacak kondisi panas kabel-kabel; terlalu banyak tenaga yang mengalir melalui sebuah jaringan bisa membuatnya kepanasan, menyebabkan kabel mengembang dan menjuntai. Para insinyur PJM mencoba untuk menjaga arus bolak-balik ini pada frekwensi sebesar 60 hertz. Saat permintaan meningkat maka frekwensi menurun dan bila ia menurun sampai di bawah 59,95 hertz maka PJM mengirimkan pesan ke pembangkit listrik untuk meminta tambahan daya. Bila frekwensi meningkat sampai di atas 60.05 hertz maka mereka akan meminta pembangkit untuk mengurangi daya. Terdengarnya sederhana, tetapi menjaga keseimbangan dalam jarak yang kecil hanya terdengar mudah sampai kita mencobanya sendiri. Dalam kasus jaringan, berbagai peristiwa kecil yang berada di luar kendali operator bisa dengan cepatnya mengacaukan seluruh sistem.
Hal ini membawa kita ke peristiwa pada 14 Agustus, 2003. Sebagian besar jaringan PJM telah terhindar dari malapetaka yang kejadiannya bermula di dekat Cleveland. Saat itu cuaca cukup panas; alat pendingin udara dinyalakan. Tak lama setelah jam 1 siang, operator jaringan di First Energy, sebuah perusahaan daerah, menghubungi pembangkit listrik untuk meminta tambahan daya. Pada pukul 1:36 siang di pantai Danau Erie, sebuah pembangkit listrik yang telah dijanjikan untuk ”didorong hingga mencapai kapasitas maksimal” tiba-tiba berhenti. Listrik mengalir ke Ohio utara dari tempat lain untuk menutupi kebutuhan itu.
Pada pukul 3:05 sebuah jaringan transimisi 345 kilovolt di dekat kota Walton Hills memilih hari itu untuk menyambar sebuah pohon yang belum dipangkas. Kerusakan itu telah mengalihkan listrik ke jalur lain, membuatnya kelebihan daya dan kepanasan. Satu per satu, seperti petasan, kabel terkulai, menyentuh pepohonan dan mengalami korslet.!break!
Operator jaringan memiliki istilah untuk hal seperti ini: ”kegagalan yang berantai.” Operator First Energy tidak bisa mengantisipasi kegagalan ini karena sistem alarmnya juga tidak berfungsi. Pada pukul 4:06 sebuah kegagalan jaringan terakhir menyebabkan seluruh Pantai Timur terkena imbasnya. Tanpa ada tempat untuk memarkirkan listriknya, 265 pembangkit listrik berhenti. Pemadaman terbesar di dalam sejarah Amerika Utara menimpa 50 juta orang di delapan negara bagian dan Ontario.
Di pusat pengendalian Consolidated Edison di Manhattan Bawah, para operator masih mengingat sore itu dengan jelas. Biasanya beban jaringan perlahan-lahan akan menurun, menit demi menit, saat para pekerja di kota mematikan listrik dan komputernya lalu beranjak pulang. Namun, pada pukul 4:13, lampu di ruangan kendali itu tiba-tiba padam. Para operator langsung teringat: 9/11. Kemudian telepon berbunyi dan ternyata dari Bursa di New York. ”Apa yang terjadi?” tanya seseorang di seberang telepon. Para operator langsung menyadari bahwa pemadaman itu menimpa seluruh kota.
Kejadian itu melumpuhkan segalanya. Transaksi bursa saham tidak bisa dijalankan, tidak satu pun bank, dan tidak satu pun pabrik yang berfungsi; semua restoran ditutup, pekerja menganggur, dan semua orang hanya duduk di atas bangunan apartemennya. Mereka membutuhkan waktu satu setengah hari lamanya untuk mengembalikan listrik, satu demi satu pembangkit diperbaiki. Pemadaman itu menelan biaya enam milyar dolar. Kejadian itu juga membuat pejabat Pentagon dan Homeland Security kalang kabut. Mereka takut jaringan itu rawan akan serangan teroris, bukan sekadar kasus pepohonan yang tidak dipangkas.
Pemadaman dan pemanasan global telah memberikan alasan yang kuat untuk mereformasi jaringan. Pemerintah federal menghabiskan banyak uang atas jaringan – paket stimulus ekonomi telah mengalokasikan $4,5 milyar untuk sejumlah proyek jaringan cerdas dan sekitar enam milyar dolar lainnya untuk jalur transmisi baru. Hampir semua perusahaan listrik besar telah memiliki jaringan cerdasnya sendiri.!break!