Saatnya Lari

By , Senin, 30 Januari 2012 | 16:06 WIB

Ryoko Mita, 60, yang menikah dengan sepupu ibu saya, menyesalkan: “Tsunami ini memperlihatkan keteledoran dan kepongahan kami.”

Di garis pantai timur laut Jepang bertebaran batu berusia berabad-abad yang bertuliskan peringatan tsunami. Namun, sama seperti saya yang tidak begitu meyakini peringatan ibu, rasanya begitu mudah mengabaikan pesan penting dari masa lalu. Tidak seperti gempa bumi, yang dapat terjadi setiap hari di Jepang, tsunami sering melewati satu generasi sehingga memberinya kekuatan terpendam dan tak terduga.

“Apakah pandanganmu soal laut sekarang berbeda?” tanya saya kepada Rumi Sakuyama, yang seumur hidupnya tinggal di pantai timur laut Jepang. “Laut yang begitu damai...dapat melakukan hal seperti itu,” jawabnya, sambil memandangi air yang sekarang tenang. “Tsunami seperti ini mungkin tak akan pernah terjadi lagi selama hidup saya.” Dan di situlah letak bahayanya.

—Marie Mutsuki Mockett, pengarang novel Picking Bones From Ash, menulis di mariemockett.com.