Pertempuran di dunia tumbuhan mengubah batang dan pembuluh. Daun dengan pertulangan lebih banyak dapat membawa lebih banyak air ke kloroplas, memungkinkan kloroplas membuat lebih banyak gula. Tanaman pun tumbuh lebih cepat. Spesies ini kemudian dapat meninggikan daunnya sehingga menguasai lebih banyak ruang di udara dan menyerap lebih banyak sinar matahari. Seiring berjalannya waktu, tumbuhan yang mampu menghasilkan pertulangan lebih banyak di daun, menang di banyak pertempuran dan peperangan.
Hal yang harus dihadapi tumbuhan bukan hanya persaingan dari tumbuhan lainnya. Bukti adanya hewan pemakan daun hampir sama tuanya dengan bukti keberadaan daun itu sendiri. Dalam fosil kotoran dinosaurus kita menemukan bukti daun purba. Di fosil daun kita menemukan lubang yang dibuat oleh mulut hewan purba. Sebagai makanan, tidak ada organisme lain yang lebih populer.
Ngengat, kupu-kupu, kumbang, jamur, monyet, sloth, serta monster besar seperti sapi, bison, dan jerapah makan dedaunan hijau tumbuhan yang didapatkan dengan susah payah. Sekalipun menunjukkan beragam kecerdikan, tumbuhan belum menemukan cara untuk melarikan diri.!break!
Jadi daun terpaksa membela diri. Beberapa daun menciptakan trik mematikan. Daun ilalang mengembangkan kemampuan untuk mengumpulkan silika dari tanah menjadi seperti serpihan beling kecil yang merusak gigi pengunyahnya. Tanaman lain menggunakan bahan kimia untuk membuatnya tidak enak dimakan atau bahkan beracun.
Kadang senjatanya terlihat dengan jelas: getah yang menetes dari pembuluh, atau miang yang melindungi helai daun. Kadang senjatanya tersembunyi, menunggu korban yang tidak menduga, baik itu ulat maupun kambing yang asal makan.
Iklim, persaingan, pertahanan—pahat dan palu evolusi ini dapat menjelaskan sebagian besar keanekaragaman daun. Ambillah dua daun di halaman rumah. Sebagian besar perbedaan di antara keduanya—perincian yang berusaha dijabarkan para naturalis selama ribuan tahun—tetap tidak bisa dijelaskan sepenuhnya. Evolusi dapat menciptakan bentuk yang sama berulang kali ketika dihadapkan pada kondisi yang sama.
Namun, melalui inovasi dan ketidaksengajaan, evolusi juga dapat bekerja menciptakan bentuk abstrak: Seperti pelukis Jackson Pollock yang mencipratkan catnya ke kanvas kehidupan. Kita tidak bisa berharap memahami sepenuhnya setiap helai daun dengan bulu yang tebal dan rapat atau bersawang.
Terkadang saat melihat sebuah adikarya, cukuplah kita mengaguminya, baik itu tergantung di museum, atau dari tangkai daun pada cabang pohon di halaman. Apa pun anggapan kita terhadapnya, daun menyampaikan berkahnya setiap hari seiring munculnya sajian sinar mentari.