Energi Fotografi

By , Selasa, 24 September 2013 | 11:46 WIB

Akal sehat adalah hal lain yang mengikat mereka. Menghayati keindahan anjing laut yang tengah berenang di Semenanjung St. Lawrence sama halnya dengan melihat kejorokan habitat mereka: gumpalan-gumpalan tinja yang ter­ombang-ambing di air gara-gara runtuhnya lempengan es, akibat langsung perubahan iklim. Untuk menyaksikan kekejaman perang di wilayah kaya emas Republik Demokrasi Kongo sama halnya dengan membayangkan secercah harapan: Menunjukkan kepada para pedagang emas di Swiss akibat dari ulah mereka dalam mempermainkan harga.

Dalam 125 tahun terakhir, terlihat bahwa ucapan Kierkegaard tentang fotografi terbukti salah sekaligus benar. Bukan kesamaan yang ditampilkan oleh foto-foto National Geographic melainkan keanekaragaman yang menakjubkan. Tetapi, semakin kemari, foto-foto itu juga mendokumentasikan masyarakat, spesies, dan bentang alam yang terancam oleh nafsu homogenisasi kita.

Kini, para penjelajah National Geographic kerap ditugasi memotret tempat-tempat dan makhluk-makhluk yang oleh generasi mendatang hanya akan dapat dilihat di halaman-halaman majalah ini. Bagaimana mungkin kami menolak tugas semacam ini? Jika ada satu penyakit yang mendera semua kolega saya, itu adalah dorongan untuk memanfaatkan jangkauan dan pengaruh majalah ikonik tempat kami bekerja untuk menyelamatkan planet ini.

Apakah ini terdengar sombong? Tanyakan saja kepada pedagang emas Swiss. Mereka melihat foto karya Marcus Bleasdale di sebuah pameran di Jenewa, dan pembelian emas mereka di Kongo berhenti nyaris dalam semalam.

Bagaimanapun, pekerjaan utama fotografer National Geographic bukanlah menghasilkan foto-foto yang mengubah sejarah. Foto paling ikonik majalah ini sama sekali tidak menampilkan wajah maupun peristiwa ber­sejarah. Dia bernama Sharbat Gula, gadis Afganistan berusia sekitar 12 tahun, diabadikan oleh Steve McCurry pada 1984 di kamp pengungsian di Pakistan.

Mata hijau laut tajamnya mengungkapkan kepada dunia apa yang tidak terkatakan oleh ribu­an diplomat dan sukarelawan. Tatapan gadis Afgan itu menghunjam kesadaran kita, dan dalam sekejap menghentikan perputaran dunia Barat. Inilah kebenaran, dan kita tidak bisa lagi mengabaikannya.

—Robert Draper adalah kontributor tulis.