Wajah Amerika yang Berubah

By , Selasa, 24 September 2013 | 12:34 WIB

Bias rasial masih tecermin dalam tingkat hunian penjara, hasil layanan kesehatan, dan berita nasional: Sebuah iklan Cheerios (produk sereal) terbaru yang menampilkan keluarga antar-ras memicu tanggapan negatif, termasuk klaim genosida kulit putih dan menyerukan “DIEversity”.

Baik pendukung maupun penentang iklan itu berargumen dengan landasan yang dikenal dengan tes bola mata: Penelitian aktivitas otak di University of Colorado di Boulder menunjukkan bahwa subjek mengenali ras selama sekitar se­per­sepuluh detik, bahkan se­belum mengenali jenis kelamin.

Saat orang bertanya kepada Celeste Seda, 26, apakah rasnya, dia lebih suka untuk membiarkan mereka menebak sebelum menjelaskan latar belakangnya yang campuran Korea-Dominika. Dia menunjukkan hal itu sebagai bagian dari jati diri, yang mencakup masa kanak-kanak di Long Island, keluarga angkat dari Puertoriko, seorang adik Afrika-Amerika, dan karier akting yang berkembang. Perhatian yang didapatkan berkat penampilannya yang tidak biasa itu dapat terasa menyanjung sekaligus melelahkan.

Hal itu juga menjadi peluang bagi se­bagi­an besar dari kita. Jika kita tak dapat menempat­kan orang ke dalam kategori yang sudah dikenal, mungkin kita akan dipaksa untuk mem­per­timbangkan kembali definisi ras dan jati diri yang berlaku.

Mungkin kita semua akhir­nya tidak begitu pemilih tentang siapa yang lebih memiliki hubungan dengan kita saat kita se­makin sering menemukan orang-orang seperti Seda, yang wajahnya tampak seperti mewakili bait lagu “Song of Myself” karya Walt Whitman: “Sosok saya besar, bukti keanekaragaman.”

Lise Funderburg adalah penulis Black, White, Other dan Pig Candy. Ketika ditanya, “Apa ras Anda?” Dia menggambarkan dirinya sebagai wanita kehitaman.