Para pemimpin bisnis kerap mencari pelajaran mendasar dari kegagalan, tetapi mereka juga memperoleh keuntungan dari gambaran kebenaran yang lebih besar. Seorang profesor dari Harvard Business School, Nancy Koehn, setidaknya telah seratus kali menyampaikan kisah tentang penjelajah kutub kelahiran Irlandia, Ernest Shackleton. Ekspedisinya melintasi Antartika pada 1914-16 terhenti ketika kapalnya, Endurance, terperangkap di es. Shackleton mengubah tujuannya dari menjelajah, menjadi memastikan dirinya dan krunya pulang dengan selamat.
"Dilihat dari kacamata penjelajahan, ini sebuah kegagalan besar, bukan?" kata Koehn. "Tetapi kisah ini menginspirasi banyak orang sebagian justru karena kegagalannya. Di masa ini pelanggaran korporat jamak terjadi, dan perusahaan yang diminta bertanggung jawab kerap berkilah, "Itu bukan kesalahan kami." Tetapi Shackleton berakad, Demi Tuhan, saya akan membereskannya. Dia bertanggung jawab atas kekacauan itu." Shackleton membawa 27 anggota timnya pulang dengan selamat. "Dia manajer krisis yang andal," kata Koehn.
Kegigihan. Ketahanan. Kemampuan beradaptasi, dan manajemen krisis. Semuanya adalah kunci utama penjelajahan, juga kehidupan. Berfokus pada tujuan juga membantu: Penjelajah cenderung memandang jauh ke depan, menyadari kemungkinan kegagalan maupun kesuksesan. "Perlakukanlah keduanya dengan cara yang sama," nasihat Kipling dalam puisinya, If. "Begitulah perasaan saya," ujar penjelajah gua Kenny Broad. Banyak koleganya yang tewas di tengah penyelaman scuba dalam di labirin gua. "Saat menyelam, Anda bisa saja beruntung. Beberapa kali beruntung, dan Anda akan mulai menganggapnya sebagai keahlian. Garis pembatas antara kesuksesan dan kegagalan dalam penjelajahan yang berani amatlah tipis."
Teknologi bisa membantu penerbangan melintasi Arktika (kesuksesan pertama penerbangan ke Kutub Utara terjadi 30 tahun setelah upaya Andrée) dan membuka pintu lain. Pemancar satelit, komunikasi yang dapat diandalkan, kemajuan di bidang meteorologi, dan robot pembantu hanyalah beberapa inovasi yang mendobrak batasan eksplorasi. Tetapi, bahkan Ballard, yang dibantu oleh robot dalam penemuan besarnya, menegaskan bahwa teknologi "tak menjadikan segalanya mungkin."
Dan itu bagus. "Jika Anda menyingkirkan ketidakpastian, motivasi turut tersingkir," kata Athans. "Keinginan melebarkan jangkauan adalah sifat alami manusia. Tak perlu keajaiban untuk mencapai tempat yang sudah kita ketahui bisa kita capai."
—Hannah Bloch pernah menulis tentang arkeologi Pulau Paskah di edisi Juli 2012.