Perburuan Karnivora Terbesar

By , Jumat, 19 September 2014 | 14:46 WIB

Akhirnya sampailah mereka di sebuah lubang menganga di lamping tebing, yang dulunya merupakan tubir sungai.

"Di sana," kata orang Badui itu.

Ibrahim masuk ke lubang tersebut, terlihat olehnya dinding lubang itu berupa batu pasir keunguan dengan garis kuning.

!break!

Bagi Ernst Stromer, Spinosaurus merupakan teka-teki seumur hidup. Selama sekian dekade dia kesulitan memahami makhluk aneh itu dari tulang-tulang milik dua kerangka yang ditemukan oleh timnya. Awalnya dia berspekulasi bahwa spina (tulang belakangnya) yang panjang mungkin membentuk punuk seperti bison, kemudian beralih menduga bahwa spina tersebut merupakan bagian dari sirip punggung, seperti yang terdapat pada beberapa bunglon dan kadal modern. Dia mengamati bahwa rahang sempit Spinosaurus unik di antara dinosaurus predator. Demikian pula giginya—kebanyakan gigi theropoda karnivora berbentuk belati dan bergerigi, sementara gigi makhluk satu ini mulus dan berbentuk kerucut mirip gigi buaya. Stromer akhirnya menyimpulkan, meski terlihat bingung dan mungkin sedikit frustrasi, bahwa hewan tersebut "sangat khusus", tanpa menjelaskan khusus untuk apa.

Spinosaurus merupakan bagian dari misteri yang lebih besar, kadang-kadang disebut Teka-Teki Stromer, yang pertama kali disadari Stromer saat meneliti fosil Afrika Utara. Dalam hampir semua ekosistem kuno dan modern, jumlah pemakan tumbuhan jauh melebihi pemakan daging. Namun di sepanjang tepi utara benua Afrika, dari penggalian Stromer di Mesir di sebelah timur hingga daerah Kem Kem Maroko di sebelah barat, temuan fosil menunjukkan sebaliknya. Bahkan, daerah ini dihuni oleh tiga raksasa pemakan daging: Bahariasaurus sepanjang 12 meter yang lincah; Carcharodontosaurus sepanjang 12 meter, boleh dikata T. rex Afrika; dan Spinosaurus, mungkin yang terbesar dan jelas yang paling aneh di antara ketiganya. Stromer berspekulasi bahwa herbivora besar mungkin ada—apa lagi yang dimakan karnivora?—tapi belum banyak tulangnya yang ditemukan manusia. Ilmuwan lain berpendapat bahwa paradoks itu hanyalah akibat kesalahan pengambilan sampel, atau oleh pemburu fosil yang lebih memilih untuk mencari karnivora besar dan spektakuler karena harganya lebih mahal.

Dengan memiliki Spinosaurus baru dan mengetahui lokasi penemuan persisnya, Nizar Ibrahim kini berpeluang menemukan jawaban yang lebih memuaskan bagi Teka-Teki Stromer. Sayangnya, tulang baru tersebut justru membuat dinosaurus ini semakin membingungkan. Permukaan spina tulang belakangnya mulus, berarti kecil kemungkinan dapat mendukung jaringan lunak dalam jumlah besar seperti punuk. Spina tersebut hanya memiliki sedikit saluran untuk pembuluh darah, sehingga sepertinya tidak mungkin digunakan untuk mengatur suhu tubuh, sebagaimana yang diduga peneliti lain. Tulang rusuknya memiliki kepadatan yang sama dan sangat melengkung, menciptakan bentuk tubuh mirip gentong yang tidak umum. Lehernya panjang, tengkoraknya besar. Anehnya, rahangnya justru sempit dan memanjang, dengan ujung moncong melengkung yang memiliki beberapa lubang kecil. Kaki depan dan lingkar dadanya besar, sedangkan kaki belakangnya justru relatif pendek dan kecil.

"Spinosaurus sangat berat di depan," kata ahli paleontologi Paul Sereno, pembimbing pascadoktoral Ibrahim di University of Chicago dan penemu beberapa dinosaurus Afrika Utara terkenal, termasuk Suchomimus, kerabat Spinosaurus dengan rahang panjang yang mirip buaya. "Seperti persilangan buaya dan sloth."

Di dinding kantor Ibrahim terpajang gambar tengkorak dinosaurus tersebut dalam ukuran sebenarnya. Dia sering memandanginya, mata­nya menatap jauh, membayangkan sosok raksasa itu memanjang ke belakang. "Saya men­coba untuk membayangkan seluruh tulang, otot, jaringan ikat, semuanya. Kadang-kadang sepintas terkilas, lalu lenyap, laksana fatamorgana. Otak saya tidak sanggup mengolah semua kompleksitas tersebut."

!break!

Untungnya, komputer mampu melaku­kannya. Bersama Simone Maganuco di museum Milan dan Tyler Keillor, seniman paleontologi dan ahli penyiapan spesimen fosil di University of Chicago, Ibrahim mulai merekonstruksi dinosaurus tersebut secara digital. Mereka melakukan pindai tomografi komputer terhadap setiap tulang spesimen mereka di University of Chicago Medical Center dan Rumah Sakit Maggiore di Milan, kemudian menambahkan bagian tubuh lainnya dengan memindai foto dari spesimen museum yang ada di Milan, Paris, dan tempat lainnya, serta citra-digital sketsa dan foto Stromer, dan dalam beberapa kasus lain memperbesar jasad dinosaurus muda hingga seukuran hewan dewasa.

Keillor, jagoan program pemodelan digital ZBrush, memahat tulang yang kurang dengan menggunakan "tanah liat digital" ZBrush, menyesuaikan karyanya dengan hasil pindai bagian tubuh yang sama pada dinosaurus Spinosauridae yang masih berkerabat dekat seperti Suchomimus dan Baryonyx. Setelah membanting tulang membentuk dan menyusun 83 ruas tulang belakang pada model tersebut, mereka menyimpulkan bahwa panjang Spinosaurus dewasa adalah 15 meter dari ujung hidung hingga ekor. Pernah ada yang menyatakan bahwa Spinosaurus merupakan karnivora terbesar yang pernah ada di muka bumi. Hal tersebut kini dipastikan oleh mereka. (T. rex terbesar berukuran 12,3 meter dari kepala sampai ekor.)

Selanjutnya mereka membungkus kerangka tersebut dengan kulit digital untuk menciptakan model dinamis, yang memungkinkan mereka memperkirakan pusat gravitasi dan massa tubuh hewan tersebut, untuk lebih memahami cara geraknya. Analisis mereka membawa ke kesimpulan yang luar biasa: Berbeda dengan dinosaurus predator lainnya, yang berjalan dengan kaki belakang, Spinosaurus mungkin hewan berkaki empat sejati, kedua kaki depannya yang bercakar besar juga dipakai untuk berjalan.

!break!

Kekhasan makhluk itu baru terasa masuk akal ketika Ibrahim dan rekan-rekannya melihat Spinosaurus dari perspektif yang sama sekali berbeda: sebagai seekor dinosaurus yang menghabiskan sebagian besar waktunya di air. Lubang hidungnya terletak di bagian atas tengkorak dekat mata, yang memungkinkan hewan itu bernapas saat sebagian besar kepalanya terendam. Tubuhnya yang berbentuk gentong mengingatkan kita pada lumba-lumba dan paus, sementara kepadatan tulang rusuk dan tulang pipanya mirip duyung dan lembu laut. Kaki belakangnya, yang canggung saat berjalan, justru cocok untuk mengayuh, apalagi kalau cakar datar di kaki belakangnya yang lebar itu terhubung selaput seperti bebek, sebagaimana dugaan para peneliti tersebut.

Rahangnya yang sempit dan panjang dengan gigi kerucut mulus seperti gigi buaya pasti sangat cocok untuk menangkap ikan, sementara lubang di moncongnya, juga ditemukan pada buaya, mungkin berisi sensor tekanan untuk mendeteksi mangsa dalam air keruh. Ibrahim membayangkan gaya berburu Spinosaurus agak mirip dengan bangau, condong ke depan lalu menyambar ikan dengan moncong panjangnya.

Visi baru Spinosaurus sebagai dinosaurus air ini mungkin bisa memberi jawaban bagi Teka-Teki Stromer. Sungai tempat hewan ini menemui ajalnya merupakan salah satu dari banyak sungai besar dalam jaringan fluvial nan luas yang memenuhi sebagian besar Afrika Utara pada Periode Kapur. Jika karnivora di sini berukuran besar, begitu juga hewan airnya, yang fosilnya sering ditemukan di daerah Kem Kem: ikan paru-paru sepanjang empat meter, ikan raja laut seukuran 2,5 meter, ikan todak sepanjang 7,5 meter, dan kura-kura yang sama-sama berukuran raksasa. Penghuni sungai tersebut dapat mengenyangkan predator terbesar sekalipun, tanpa perlu herbivora besar dalam jumlah berlimpah untuk menopang piramida makanan.

Ibrahim baru memahami sepenuhnya ketika menyaksikan fase puncak proyek dino­saurus digital: kerangka Spinosaurus ukuran sebenarnya dari bahan busa polistirena padat, dibuat berdasarkan model komputer yang dicetak dengan printer 3-D. Kerangka tersebut dipasang dalam posisi berenang, yang menurut Ibrahim mungkin menyita 80 persen waktunya. "Saya berharap Ernst Stromer bisa melihat model ini, yang menunjukkan betapa khususnya tubuh Spinosaurus dirancang untuk berenang. Saya yakin dia akan tersenyum."

---

Tom Mueller menulis tentang Duomo di Firenze untuk edisi Februari 2014. Mike Hettwer memotret untuk artikel penghancur kapal, edisi Mei 2014.