Menyelamatkan Miami dari Bencana Iklim

By , Kamis, 22 Januari 2015 | 12:26 WIB

Frank Behrens mematikan mesin kapal motor Hurricane yang panjangnya enam meter. Dia adalah seorang juru bicara yang supel untuk perusahaan pengembang properti Belanda, yang justru melihat peluang dalam perubahan iklim. Kami pun terapung-apung di tengah air payau Danau Maule milik pribadi di kota North Miami Beach. Tempat ini bukanlah taman firdaus.

Danau ini, seperti begitu banyak danau lain di Florida, tadinya tambang batu. Bertahun-tahun selanjutnya, danau ini menjadi arena balap perahu, hingga tempat berenang lembu laut. Belakangan ini, dua pengembang mempertimbangkan menguruk sebagian danau itu untuk membangun kondominium. Behrens sedang mempromosikan desa apung dengan 29 pulau pribadi buatan, masing-masing dilengkapi dengan vila anggun, pantai pasir, kolam, pohon palem, dan dermaga untuk kapal pesiar. Harganya: Rp155 miliar per pulau.

Dutch Docklands, perusahaan Behrens, telah membeli hak pengembangan untuk danau itu dan sedang memasarkan pulau-pulau tersebut sebagai obat penawar perubahan iklim bagi si kaya. Soal risiko akibat kenaikan permukaan laut, nah, itulah keunggulan rumah apung. Pulau tersebut akan ditambatkan ke dasar danau dengan tambatan naik-turun, yang mirip dengan tambatan yang membantu anjungan minyak lepas pantai menghadapi badai besar.

Rencana desa apung ini adalah bagian dalam gairah pembangunan yang sedang menggila, terdorong oleh orang-orang kaya Amerika Selatan dan Eropa yang membeli dengan uang tunai, mengubah cakrawala kota Miami. Dari perahu kami, terlihat derek konstruksi bertebaran di langit di sepanjang pulau penghalang Kepulauan Sunny, yang sedang dilanda demam rumah mewah. Di pasar properti yang mengagungkan kemewahan—Menara Desain Porsche senilai 6,9 triliun rupiah di sana memiliki lift mobil berdinding kaca yang dapat berhenti di setiap apartemen—mungkin tak terhindarkan bahwa ancaman terbesar bagi keberadaan Florida Selatan digunakan sebagai strategi promosi.

Proyek Dutch ini sepertinya hanya pengembangan sinting terbaru dalam riwayat panjang pengembangan properti yang sinting di Florida. Namun, desainnya yang sadar-iklim membedakannya dengan sebagian besar gedung tinggi di sekitarnya, yang dibangun tanpa terlalu mempertimbangkan kenaikan laut yang diramalkan akan sering membanjiri Florida Selatan dalam beberapa dasawarsa mendatang dan menenggelamkan sebagian besar wilayah itu sebelum akhir abad ini.

Pendekatan yang bertentangan ini—hajar saja, meski hanya bertahan sampai kredit bank lunas, atau lihat ke depan, bersiap menghadapi yang akan datang—mencerminkan titik balik dalam diskusi tentang perubahan iklim. Sementara peringatan tentang pemanasan global semakin mendesak dan konsekuensinya semakin tampak, semakin banyak pula bisnis, serta pejabat setempat, yang memperhitungkan perubahan iklim dalam keputusan. Mereka menggeser fokus ke adaptasi cuaca buruk dan banjir, yang sudah mulai terjadi seiring dengan naiknya laut.

Dan di kota-kota seperti Miami, yang mesin ekonominya adalah pengembangan properti, dunia bisnis berfokus pada cara mempertahankan pertumbuhan itu.

!break!

Behrens, yang melewatkan masa anak-anak di Aruba, pindah ke Miami sepuluh tahun lalu. Dia mulai bekerja di Dutch Docklands pada 2013, setelah menjadi jelas bahwa para pemimpin daerah di wilayah itu mulai menyadari besarnya bencana yang akan melanda mereka.

“Orang hanya melihat efek negatif banjir,” kata Behrens, tanpa nada ironi sedikit pun. “Kami perlu menunjukkan kepada semua orang, bahwa ada cara untuk meraih untung dari situasi ini. Bagi pemerintah, ada uang pajak. Bagi pengembang, investasi mereka aman selama 50 tahun ke depan. Perubahan iklim ini melibatkan banyak uang. Ini akan menjadi industri baru sama sekali.”

Florida adalah tempat yang tepat untuk melihat biaya—dan potensi laba—perubahan iklim yang tampak semakin jelas. Daerah pesisir yang terancam bahaya memang banyak, tetapi Florida adalah salah satu yang paling rawan. Sementara para pemimpin pemerintah di seluruh dunia, di Washington, dan bahkan di gedung parlemen Florida di Tallahassee masih bimbang tentang perubahan iklim. Masa depan Florida akan ditentukan oleh perdebatan publik yang riuh dan sengit tentang pajak, penzonaan, proyek pekerjaan umum, dan hak properti—perdebatan yang didorong oleh kenaikan laut.

 !break!

Selain kenaikan laut, Florida akan digempur oleh cuaca ekstrem selama beberapa puluh tahun mendatang—kekeringan kemarau dan banjir musim hujan, demikian ramalan National Climate Assessment dari pemerintah AS. Panas dan kekeringan mengancam industri pertanian yang memasok sayur musim dingin bagi Pesisir Timur, dan ini dapat mengancam tiga makanan utama pertanian Florida—tomat, tebu, dan jeruk. Musim hujan akan lebih berbadai, dengan topan lebih ganas dan lonjakan badai lebih tinggi.

Gangguan terbesar akan terjadi di sepanjang garis pesisir 2170 kilometer di negara bagian tersebut. Tiga per empat dari 18 juta jiwa penduduk Florida tinggal di wilayah pesisir, yang menghasilkan empat per lima ekonominya. Pengembangan pesisir, termasuk gedung, jalan, dan jembatan, bernilai 24,8 kuadriliun rupiah pada 2010. Sekarang saja hampir setengah dari 1330 kilometer pantai pasir di negara bagian itu sudah mulai terkikis.