Setengah Manusia

By , Rabu, 30 September 2015 | 13:58 WIB

Pada 13 September 2013, dua penelusur gua, Steven Tucker dan Rick Hunter, memasuki sistem gua dolomit bernama Rising Star, sekitar 50 kilometer di barat laut Johannesburg. Rising Star sudah menjadi tempat populer bagi penelusur gua sejak 1960-an. Seluk-beluk jalur dan guanya terpetakan dengan baik. Tucker dan Hunter berharap menemukan jalan yang masih asing.

 Di benak mereka ada misi lain. Pada paruh awal abad ke-20 wilayah ini menghasilkan begitu banyak fosil leluhur awal kita sehingga kemudian disebut Cradle of Human Kind atau Buaian Umat Manusia. Meski masa gemilang perburuan fosil telah lama berlalu, kedua penelusur gua itu tahu bahwa seorang ilmuwan di University of the Witwatersrand di Johannesburg sedang mencari tulang. Kemungkinannya sangat kecil, tapi siapa tahu.

Jauh di dalam gua, Tucker dan Hunter bersusah payah melalui lubang sempit bernama Superman’s Crawl—karena kebanyakan orang hanya bisa muat dengan merapatkan satu tangan ke tubuh dan mengulurkan satu lagi di atas kepala, seperti si manusia baja saat sedang terbang. Setelah menyeberangi ruangan besar, mereka memanjat tembok batu bergerigi. Di puncak mereka mendapati diri mereka berada di rongga kecil cantik yang berhias stalaktit. Tucker turun perlahan-lahan ke dalam celah di dasar gua. Kakinya menemukan tonjolan batu seperti jari, lalu satu lagi di bawahnya, lalu—ruang kosong.

Saat melompat turun, dia mendapati dirinya di lubang vertikal sempit, di beberapa tempat hanya selebar 20 cm. Dia berseru mengajak Hunter turut ke situ. Kedua lelaki itu berperawakan super-langsing, hanya tulang dan otot liat. Andai saja tubuh mereka agak lebih besar, tentu mereka tidak muat di cerobong itu, dan penemuan fosil manusia yang mungkin paling mencengangkan dalam setengah abad ini—dan sudah pasti paling membingungkan—tentu tidak terjadi.

 !break!