Mujurlah, kami bersiap berangkat lagi. Jika kami tiba di pos penjagaan saat hari gelap, mereka pasti tidak akan mengizinkan kami melanjutkan perjalanan—dan harus bermalam di pos.
Pagi hari kami bergegas menengok situs Pokekea, yang terletak di Desa Hanggira, Lembah Besoa. Situs ini terletak di atas bukit sehingga saya bisa menyaksikan keelokan lembah sekitarnya yang dikelilingi perbukitan. Di sini ditemukan 29 kalamba, sebelas tutup kalamba, empat arca, 27 batu dakon, lima lumpang batu, tiga meja altar, tiga batu dulang, dan sepuluh batu bergores. Situs ini menjadi bagian cagar budaya nasional, luasnya sekitar seratus hektare!
Lembah ini merupakan sebuah pemukiman sejak hampir 3.000 tahun silam. Keberadaan tinggalan arkeologi di ketiga lembah ini masih misteri, bahkan mencuatkan kontroversi. Romi Hidayat, ahli arkeologi Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo berpendapat, tinggalan ini berkaitan dengan kebudayaan protosejarah dan prasejarah.
Saya telah berkelana di lembah-lembah nan rupawan yang masih menyisakan misteri peradaban nenek moyang kita. Romi berkata kepada saya seraya menutup perbincangan, “Memang kawasan megalitik terbesar di Indonesia ini masih seperti lilin-lilin yang redup.”