Setelah dilakukan analisis morfologi dan molekuler dengan menggunakan DNA mitokondria dan suara kawin (advertisement call), maka jenis katak ini tersebut tidak cocok dengan jenis spesies-spesies yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu, didukung oleh bukti morfologi, molekuler, dan akustik, maka jenis katak ini dideskripsikan sebagai jenis baru.
Amir Hamidy, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menjadi salah satu penulis dalam laporan studi katak jenis baru ini mengatakan bahwa Chirixalus pantaiselatan sp. nov. secara morfologi paling mirip dengan Chirixalus nongkhorensis dari Chonburi, Thailand. "Pola warna punggungnya serta secara genetik paling dekat dengan Chirixalus trilaksonoi yang juga berasal dari Jawa Barat," ujar Amir seperti dilansir dalam keterangan tertulis LIPI.
Baca Juga: Mirip Cokelat Harry Potter, Temuan Katak Spesies Baru di Papua Nugini
Misbahul Munir, peneliti lainnya yang juga menjadi salah satu kontributor utama dari penemuan ini, menambahkan bahwa saat ini status konservasi Chirixalus pantaiselatan kemungkinan sedang terancam kritis. "Berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN), kriterianya patut masuk Daftar Merah Spesies Terancam, tingkat kemunculannya
Usulan untuk status Daftar Merah IUCN bagi katak jenis baru ini didasarkan pada data yang terbatas dan membutuhkan survei intensif untuk justifikasi yang lebih kuat.
Baca Juga: Spesies Baru Katak Labu Ditemukan, Bisa Berpendar dan Sangat Beracun
Dalam laporan studi atas penemuan Chirixalus pantaiselatan sp. nov. ini juga ditemukan jenis katak lain yang belum pernah dilaporkan dari Jawa, yakni Polypedates macrotis atau katak panjat telinga hitam. Sebelumnya, di Indonesia jenis ini hanya tercatat dari wilayah Kalimantan dan Sumatera, sehingga kehadirannya di Jawa merupakan catatan baru.
Amir menyoroti pentingnya partisipasi publik dan keterlibatan ilmiah profesional dalam pemantauan keanekaragaman hayati. “Pengetahuan dan keterlibatan masyarakat dapat memberikan data empiris tentang skala spasial yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya.
Baca Juga: Mirip Cokelat Harry Potter, Temuan Katak Spesies Baru di Papua Nugini
Kurangnya informasi keanekaragaman hayati—misalnya, distribusi, populasi, dan informasi habitat dari spesies—adalah masalah serius dalam program konservasi keanekaragaman hayati di negara berkembang seperti Indonesia. Partisipasi publik yang dikelola dengan baik akan dapat membantu menyelesaikan masalah ini di masa depan.
Sebagai informasi, tim Go ARK yang menemukan katak jenis baru ini terdiri atas sejumlah mahasiswa dan komunitas penelitian yang melakukan pengamatan serta melaporkan amfibi dan reptil di sepanjang Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sulawesi. Dalam observasi di hutan dataran rendah bagian selatan Jawa Barat yang menghasilkan penemuan katak jenis baru ini, para peserta tim Go ARK yang terlibat adalah Umar Fhadli Kennedi, Mohammad Ali Ridha, Dzikri Ibnul Qayyim, dan Rizky Rafsanzani.
Baca Juga: Peneliti LIPI Menemukan Katak Mini Jenis Baru di Pulau Sumatra