Bagaimana Erupsi Besar dan Iklim Ekstrem Mengakhiri Republik Romawi?

By Fadhil Ramadhan, Kamis, 5 Agustus 2021 | 12:00 WIB
'Hari Terakhir Pompeii' yang dilukis sepanjang 1827–1833 oleh seniman Karl Briullov. (Wikimedia Commons)

 

Nationalgeographic.co.idSelama berabad-abad, metetusnya gunung berapi selalu menjadi bayang-bayang dalam runtuhnya Romawi Kuno. Tim ilmuwan dan sejarawan telah menemukan bahwa salah satu letusan terbesar dalam sejarah, terjadi pada 43 SM. Letusan tersebut memicu terjadinya cuaca buruk dan juga kelaparan selama 2 tahun.

Langit yang gelap setelah pembunuhan Caesar di Ides of March kemungkinan disebabkan oleh letusan kecil yang diketahui di Gunung Etna. Lalu awal tahun berikutnya, pada bulan Januari atau Februari, Gunung Berapi Okmok Alaska di Kepulauan Aleutian ikut meletus, membentuk tepi kawah raksasa selebar 10 kilometer.

Melansir dari Sciencemag, para peneliti melaporkan dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences. Dalam laporan tersebut, diberitahukan bahwa usai letusan itu, sisi utara gunung berapi tidak lagi terkena sinar matahari. Hal tersebut terjadi karena sinar matahari terhalang oleh partikel letusan yang terangkat hingga ke stratosfer.