Peneliti Ungkap Mobilitas Mamut Berbulu di Alaska Melalui Gadingnya

By Maria Gabrielle, Minggu, 15 Agustus 2021 | 17:00 WIB
Ilustrasi mamut berbulu di Alaska. (James Havens / University of Alaska Museum of the North)

Nationalgeographic.co.id - Mamut berbulu atau Mammuthus primigenius menjadi spesies mamut yang paling terkenal. Kehidupan tentang hewan prasejarah berukuran besar ini berhasil diteliti oleh para ilmuwan.

Dilansir dari Sci News, para ilmuwan telah meneliti isotop yang dikumpulkan dari gading mamut berbulu di Alaska sekitar 17.100 tahun lalu. Penelitian ini dilakukan guna menjelaskan pergerakan dan pola makan dari mamut berbulu. Termasuk rentang waktu saat bayi, remaja, dan dewasa.

Mamut berbulu memang hewan prasejarah ikonik dari Zaman Es, hanya saja masih sedikit hal yang diketahui dari sejarah kehidupan alami mereka. Bahasan mengenai wilayah jelajah dan mobilitas mamut berbulu masih menjadi misteri.

Baca Juga: Perubahan Iklim Penyebab Punahnya Mamut, Kungkang, dan Megafauna Lain

Kendati demikian, karena gajah – yang masih kerabat mamut – dan hewan Arktika lainnya melakukan migrasi regular dengan jarak yang jauh, diasumsikan mamut berbulu mempunyai perilaku yang serupa.

"Daripada sekadar ingin tahu, menemukan lebih banyak (fakta) tentang kehidupan spesies yang sudah punah lebih memuaskan. Rincian akan fakta itu ada kemungkinan relevan dengan saat ini, karena banyak spesies menyesuaikan pola dan rentang pergerakan mereka selaras dengan perubahan iklim,” kata Profesor Matthew Wooller, seorang peneliti dari University of Alaska Fairbanks kepada Sci News.

Penelitian yang dilakukan oleh Profesor Matther Wooller dan rekan-rekannya dipublikasikan di jurnal Science dengan judul 'Lifetime mobility of an Artic woolly mammoth'. Mereka melakukan penelitian pada gading mamut berbulu yang berukuran 1,7 meter.

Dari fosil tersebut mereka melakukan analisis unsur isotop dari strontium (Sr) dan oksigen yang dicocokkan dengan peta prediksi variasi isotop di seluruh Alaska. Peta tersebut dibuat berdasarkan hasil analisis terhadap ratusan gigi hewan pengerat dari seluruh Alaska yang disimpan di museum.

Baca Juga: Peristiwa Misterius 19 Juta Tahun Lalu Hampir Memusnahkan Semua Hiu

Mathew Wooller (kiri) dan Pat Druckenmiller (kanan) peneliti kehidupan mamut berbulu di Alaska. (J.R. Ancheta/University of Alaska Fairbanks)

Diketahui sepanjang hidupnya hewan pengerat hanya melakukan perjalanan yang relatif dekat. Menggunakan data tersebut para peneliti memetakan variasi isotop di seluruh Alaska sebagai dasar untuk melacak pergerakan mamut.

Kemudian, para peneliti menggunakan metode pemodelan spasial guna mengetahui rute yang dilalui oleh mamut berbulu sepanjang hidupnya. Tidak hanya itu, sisa-sisa DNA dari mamut membantu tim untuk mengidentifikasikannya sebagai mamut jantan yang memiliki hubungan dengan kelompok terakhir dari Mammuthus primigenius yang tinggal di Alaska.

Profesor Beth Shapiro dari University of California, Santa Cruz, mengatakan bahwa rincian itu memberikan wawasan tentang kehidupan dan perilaku mamut. Dia mengambil contoh dari mamut berusia sekitar 15 tahun yang mengalami perubahan unsur isotop, ekologi, dan pergerakan secara tiba-tiba.

Baca Juga: Lebih Dari 800 Tulang Mamut Ditemukan di Situs Kuno Meksiko

“Ada kemungkinan perubahan ini terjadi karena mamut diusir dari kelompoknya, berkaca pada pola yang dapat dilihat di gajah jantan saat ini,” tutur Profesor Beth Shapiro.

“Masih belum jelas apakah spesies ini melakukan migrasi musiman, tapi pasti ada penyebabnya. Mamut singgah di banyak tempat di Alaska selama hidupnya, hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa mengingat betapa luasnya area itu,” tambah Profesor Wooller.

Profesor Wooller menyimpulkan kondisi di Arktika sekarang memang banyak berubah. Kita dapat melihat ke masa lalu untuk memprediksikan apa yang akan terjadi pada spesies masa kini dan mendatang.

Mamut berbulu atau Mammuthus primigenius adalah jenis mamut yang hidup pada Zaman Pleistosen dan punah pada Zaman Holosen. Dikutip dari Smithsonian, mamut ini punah karena kombinasi dari perubahan iklim, perubahan sumber makanan, dan predator baru, manusia. Fosil dari mamut berbulu dipajang bersamaan dengan 700 spesimen lain di Museum Smithsonian, Washington D.C., Amerika Serikat.