Penemuan Spesies Baru Marmoset, Monyet Dunia Baru dari Amazon

By Ricky Jenihansen, Jumat, 20 Agustus 2021 | 14:00 WIB
Marmoset Schneider (Mico schneideri). (Rodrigo Costa-Araujo)

Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan dari Federal University of Amazonas dan Trinity University menemukan spesies baru marmoset, monyet dunia baru yang berasal dari Hutan Amazon. Temuan tersebut telah dipublikasikan di jurnal bergengsi Nature Scientific Report pada 2 Agustus 2021.

Marmoset adalah salah satu spesies dari monyet dunia baru, yaitu monyet yang hidup di wilayah benua Amerika. Setidaknya lebih 22 spesies telah dideskripsikan dari keluarga primata ini. Dalam laporannya, spesies baru marmoset tersebut berasal dari genus Mico dan sehingga spesies baru ini diberi nama marmoset Schneider (Mico schneideri).

Genus Mico baru dideskripsikan dari semua spesies marmoset dan diakui sejak tahun 1995. Hal itu terjadi karena sebelumnya memang kurang dipelajari dan salah diidentifikasi sebagai marmoset Snethlage, salah satu spesies marmoset endemik lainnya di Brazil.

Menurut para peneliti, ketidakpastian taksonomi, distribusi, dan evolusi utama pada spesies Mico terjadi karena mirip seperti marmoset Snethlage. Hal itu juga yang menghambat upaya konservasi pada spesies yang baru ditemukan ini.

“Warna bulu dari spesies ini telah membingungkan para peneliti selama satu abad sehingga menghalangi penilaian akurat taksonomi dan distribusi spesies ini dan lima spesies Mico lainnya, serta penilaian keanekaragaman spesies dalam genus ini,” kata para peneliti, dilansir sci-news.

Spesies baru ini merupakan spesies endemik di wilayah Juruena-Teles Pires, negara bagian Mato Grosso, Brasil. Sebarannya dibatasi oleh Sungai Juruena di barat dan oleh Sungai Teles Pires di timur, berlanjut ke utara hingga tempat mereka ditemukan.

Baca Juga: Jarang Terjadi, Seekor Monyet Betina Jadi Bos Kebun Binatang di Jepang

 

Marmoset dalam genus Mico. (Stephen Nash)

 

Sedangkan di bagian selatan, sebaran marmoset Schneider kurang terdefinisi dengan baik, tetapi meluas ke hulu sungai Juruena dan Teles Pires, tetapi tidak lebih jauh ke selatan dari kota Lucas do Rio Verde.

“Marmoset Amazon dari genus Mico adalah hewan endemik yang sedikit diketahui di wilayah ini dan oleh karena itu menjadi prioritas untuk penelitian dan upaya konservasi,” kata Dr. Rodrigo Costa-Araujo dari the Museu Paraense Emílio Goeldi dan the Federal University of Amazonas.

Menurutnya, Hutan Amazon memiliki fauna primata terkaya di dunia. Setidaknya ada 146 spesies dan subspesies primata di kawasan tersebut yang mewakili 20 persen dari keragaman primata global.

Baca Juga: Virus Cacar Monyet Menginfeksi Manusia Lagi Setelah 18 Tahun Berlalu

“Meskipun demikian, keragaman dan distribusi primata Amazon masih sedikit diketahui dan kelangkaan data dasar menantang konservasi mereka,” katanya.

Upaya konservasi tersebut, lanjutnya, juga diperparah oleh laju deforestasi hutan Amazon saat ini. Marmoset Amazon ini adalah salah satu kelompok monyet yang hanya ditemukan di hutan yang kini terancam deforestasi akibat alih fungsi lahan selama 30 tahun terakhir

Sebaran geografis Mico schneideri sp. n. dan M. emiliae (Stephen Nash)

Baca Juga: Ilmuwan Biologi AS Sukses Ciptakan Embrio Hibrida Manusia-Monyet

Untuk diketahui, di wilayah tepi selatan bioma Amazon sepanjang 2.500 km telah mengalami penggundulan hutan dengan cepat dan berubah menjadi lanskap pertanian dan peternakan. Namun, sejauh ini belum ada tanggapan konservasi untuk mengatasi hilangnya habitat dan penurunan populasi yang dialami marmoset, terutama karena spesies ini kurang dipelajari.

Ia menjelaskan, bahwa mengkarakterisasi keanekaragaman dan distribusi spesies primata di busur deforestasi Amazon adalah langkah pertama yang diperlukan saat ini. Sampai saat ini, memang belum ada data pasti tentang jumlah total spesies marmoset Amazon yang tersisa.

Upaya tersebut penting, ia menambahkan, karena seluruh upaya konservasi berbasis sains bergantung pada upaya tersebut dan dapat memberikan dukungan pada upaya konservasi keanekaragaman hayati di wilayah tersebut. "Sebelum seluruh bioma mencapai titik lingkungan yang tidak dapat kembali lagi,” katanya.

Baca Juga: Sains Ungkap Kemampuan Monyet Bali Membedakan Benda Berharga