Ditemukan Residu Produk Olahan Susu di Tembikar Dari Tahun 3100 SM

By Maria Gabrielle, Sabtu, 21 Agustus 2021 | 16:00 WIB
Residu produk olahan susu dalam tembikar dari tahun 3100 SM. (George Nash)

Nationalgeographic.co.id - Ada beragam jenis produk olahan susu yang bisa dinikmati sekarang ini, mulai dari keju, mentega, es krim, dan lain-lain. Namun, tahukah kamu kalau ternyata produk olahan susu ini sudah ada sejak zaman dahulu kala.

Menurut penelitian baru peternakan sapi perah diduga sudah ada sejak tahun 3100 SM. Melansir BBC, tembikar yang diambil dari monumen Trellyffaint Neolithic dekat Newport, Pembrokeshire, Inggris mengandung residu lemak susu.

Residu ini hanya bisa didapat dari produk olahan susu misalnya mentega, keju, atau mungkin yoghurt. George Nash dari Welsh Rock Art Organisation mengungkapkan penemuan ini mungkin menjadi bukti paling awal dari peternakan sapi perah (dairy farming) di Wales.

Dia mengatakan Julie Dunee dari University of Bristol telah mendeteksi residu atau sisa-sisa lemak susu dari permukaan bagian dalam tembikar sekaligus mengetahui usia temuan tersebut. Didapati temuan tersebut berasal dari tahun 3100 SM dengan keakuratan 94,5 persen.

Baca Juga: Mikroba dari Perut Sapi Bisa Bantu Daur Ulang Sampah Plastik

“Sangat jarang menemukan sisa-sisa arkeologi seperti tulang dan tembikar di bagian Wales karena tingkat keasaman tanahnya,” kata George Nash kepada BBC.

“Jadi kami tidak mengatakan dengan pasti bahwa ini adalah bukti paling awal dari peternakan sapi perah, tapi ini penemuan paling awal yang telah dibuktikan menggunakan metode penanggalan mutakhir,” lanjutnya.

Penemuan tembikar ini penting karena menjadi tanda peralihan dari zaman Mesolitikum ke Neolitikum. Lebih lanjut tentang masa awal bertani, George Nash menyebutnya sebagai periode ‘paket Neolitikum’ yang mencakup peternakan, pembuatan tembikar, pengadaan makanan, serta berbagai cara untuk mengubur dan menghormati orang meninggal. Secara bertahap cara-cara itu menggantikan pola kehidupan di era sebelumnya (Mesolitikum) yang identik dengan berburu, memancing, dan mengumpulkan makanan.

Lokasi penggalian di sekitar monumen Trellyffaint, Pembrokeshire, Inggris. (George Nash)

Ketertarikan pada Trellyffaint ini dimulai ketika Les Dodds dan Phil Dell lulusan dari University of Bristol melakukan beberapa survey geofisika di sekitar monument. Keduanya lalu menemukan dua henge konsentris dengan benda-benda lain yang terkubur.

Henge atau tembok tanah yang melingkar diperkirakan satu zaman dengan Stonehenge, berasal dari pertengahan hingga akhir periode Neolitik, antara 3000 SM dan 2000 SM. George Nash mengatakan penting untuk melihat periode tersebut sebagai rangkaian dari perkembangan ritual dan sosial daripada sebagai peristiwa tunggal.

“Seiring dengan pertumbuhan populasi pada masa itu, masyarakat harus mendiversifikasi cara mereka mendapatkan makanan. Awalnya, di sisi ekonomi bertani jauh lebih berisiko daripada berburu, memancing, dan mengumpulkan, jika anda dilanda wabah penyakit, terjadi gagal panen, maka anda rentan terhadap kelaparan dan ketidakstabilan,” jelas George Nash.

Baca Juga: Arkeolog Temukan Monumen Neolitik Berusia 4.500 Tahun Dekat Stonehenge

"Ada kemungkinan bahwa selama periode Neolitik di Britania bagian barat, baik sumber daya alam maupun pertanian memainkan peran yang sama dalam menyediakan sumber daya yang dibutuhkan bagi masyarakat,” tambahnya.

Penemuan tembikar mungkin mengungkapkan sesuatu tentang pemujaan di bumi dan apa mungkin bisa dijadikan persembahan, misalnya produk olahan susu. Survei juga menunjukkan kalau ruang utama monumen dalam kondisi baik.

Adanya tanda yang hanya terlihat pada segelintir monumen untuk ritual pemakaman zaman Neolitik menujukkan ada ideologi kepercayaan baru, di mana seni pada batu meggambarkan langit malam dan rasi bintang.

Berdasarkan rilis di laman University of Bristol tahun 2017 lalu, Trellyffaint sendiri diperkirakan berusia kurang lebih 6.000 tahun. Nantinya artefak yang ditemukan akan dipamerkan di National Museum of Wales di Cardiff. Sementara itu hasil penelitian tim akan dipublikasin di beberapa jurnal ilmiah internasional.