Makam Inggris Berkisah tentang Perang Napoleon di Jatinegara

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 27 Agustus 2013 | 19:15 WIB
Nisan Letnan Kolonel William Campbell di Gereja Anglikan, Jakarta Pusat. Campbell merupakan serdadu Inggris yang terluka pada Pertempuran Meester Cornelis 26 Agustus 1811, dan wafat dua hari kemudian. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Apa yang dibayangkan Minto terlaksana. Sebuah ekspedisi militer Inggris bergerak melintasi Samudra Hindia menuju Jawa pada pertengahan 1811. Ekspedisi tersebut dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Samuel Auchmuty, seorang Amerika yang pernah membantu Inggris dalam Perang Kemerdekaan Amerika.

Hampir 12.000 tentara dan 100 kapal, termasuk 4 kapal perang, 14 kapal pengawal, 7 kapal penjaga, dan 8 kapal penjelajah East Indian Company berada dalam konvoi laut militer Inggris tersebut. Kelak sejarah mencatatnya sebagai ekspedisi militer lewat laut terbesar sebelum Perang Dunia Kedua!Mereka membuang sauh di Teluk Batavia pada pukul dua siang di hari Minggu, 4 Agustus 1811. Kemudian para serdadu Inggris berjejak di Cilincing, daerah rawa di pesisir Batavia. Tiga hari kemudian mereka berhasil menyebarangi Sungai Ancol, dan bergerak dalam senyap menuju Kota Batavia.    

Post Meester Cornelis, benteng VOC di tepian Sungai Ciliwung, sekitar 1744. Pada Agustus 1811, serdadu Inggris-India menyerbu benteng yang saat itu diduduki serdadu Belanda-Prancis. (Wikimedia Commons)
Pengepungan dan penyerangan Balai Kota Batavia dilakukan pada pukul sebelas malam. Serdadu Inggris tidak mengalami kesulitan memasuki kota ini lantaran tembok yang mengelilingi kota ini telah dirobohkan oleh Daendels pada 1808-1810. Pusat kota yang tadinya dalam pelukan Prancis pun jatuh dengan mudah dalam cengkeraman Inggris.

Sebelum azan Subuh berkumandang pada 10 Agustus 1811, serdadu Inggris telah bergerak menyusuri pinggiran kanal Molenvliet—kini Jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada—menuju sebuah kawasan barak-barak militer di Weltevreden—kini seputar Lapangan Banteng. “Bangunan rumah sepanjang jalanan yang kami lalui umumnya mewah,” demikian kenang Mayor Brigade William Thorn dalam bukunya Memoir of the Conquest of Java yang terbit pada 1815.

Baca Juga: Tatkala Raffles Menjarah Keraton Yogyakarta

Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles menguasai Hindia Belanda selama 1811-1816. Lukisan ini dibuat ketika dia menjabat sebagai Letnan Gubernur Bengkulu. Litografi oleh Thompson berdasarkan miniatur. (Wikimedia Commons)

Pertempuran Weltevreden yang bergolak saat terbitnya matahari itu berlangsung sekitar dua jam. Thorn yang kala itu turut terluka di bagian kepalanya mencatat bahwa jumlah serdadu Inggris yang terluka, tewas, dan hilang sebanyak 99 orang—plus tiga kuda tewas. Ekspansi militer Lord Minto berlanjut menyisir Kwitang, Kramat, dan Salemba menuju Meester Cornelis, sebuah kamp militer serdadu Napoleon dengan pertahanan benteng di pinggir Ciliwung. Kini, benteng itu telah lenyap, namun lokasinya sekitar Pasar Jatinegara. Pertempuran kadang berhenti dalam sehari, yang digunakan untuk korespondensi perundingan dengan Gubernur Jenderal Janssens seputar pertukaran tawanan perang pada pertempuran 10 Agustus di Weltevreden.