Namun, dia menambahkan, sebagian besar berasal dari enam ekor bekantan dari Berau. “Yang ada sekarang, hampir semua berkembang biak di sini.” Ruang hidup hutan mangrove Kota Tarakan rupanya mampu mendukung kehidupan bekantan hingga mampu beranak pinak.
“Sangat-sangat bisa. Bekantan di sini hilang bukan karena diburu atau ditembak, tapi karena habitatnya tidak ada. Hutan mangrove habis, sementara mereka hidup di situ,” Samsul memaparkan.
Pada sekeping hutan mangrove di jantung Kota Tarakan, bekantan generasi baru bertahan. Kawasan mangrove yang dikepung peradaban modern ini menjadi saksi bahwa alam selalu memberi momen kedua bila diberi kesempatan.