Atas inisiatif Walikota Tarakan Yusuf Serang Kasim (periode 1999-2004 dan 2004-2009), pada 2003 sisa hutan mangrove alami dijadikan hutan kota. “Dia sering datang ke mangrove, memeriksa atau sekadar bermain,” Samsul Arif berkisah. Sebelumnya, sepotong hutan mangrove ini akan dijadikan kawasan industri pengolahan udang dan kepiting.
Untuk mengembalikan populasi bekantan Tarakan, enam ekor diboyong dari Berau, Kalimantan Timur. “Dua jantan, empat betina. Dewasa semua.” Dari populasi awal itu, dan sumbangan dari masyarakat, bekantan telah berkembang menjadi sekitar 32 individu. Bahkan kelompok Bruno memiliki satu bayi yang baru lahir.
Populasi bekantan di KKMB memiliki anggota dengan rentang mulai bayi, anak, remaja hingga dewasa. Artinya, bekantan di Kota Tarakan bakal terus beranak pinak.