Pada 1670an, Louis XIV menerbitkan maklumat yang berisi, hanya kalangan istana yang diijinkan untuk menggunakan sepatu berhak merah.
Meski pertama kali diadopsi oleh laki-laki, tetapi kemudian digunakan oleh busana perempuan yang mulai memasukan elemen pakaian pria dalam busana mereka.
"Pada tahun 1630 an anda dapat melihat perempuan memotong rambut mereka, menambahkan tanda pangkat pada pakaian mereka," Semmelhack.
"Mereka merokok, menggunakan topi yang membuat mereka lebih maskulin. Dan ini alasan mengapa perempuan mengadopsi sepatu berhak tinggi - merupakan salah satu upaya untuk memasukan unsur maskulin ke busana mereka."
Tetapi tren itu terjadi sampai abad 17, seiring dengan perubahan tren.
"Anda dapat melihat perubahan pada hak sepatu," kata Helen Persson, seorang kurator di Museum Victoria dan Albert di London. "Para pria mulai menggunakan hak sepatu kotak, dan lebih rendah, sementara perempuan mengunakan hak sepatu yang ramping."
Pada 1740 an para pria menghentikan penggunaan sepatu berhak tinggi. Setelah revolusi Prancis, hak tinggi juga menghilang dari gaya busana perempuan.
Tetapi kemudian, pada pertengahan abad ke 19, sepatu hak tinggi kembali muncul dalam sebuah foto porno di kartu pos yang menampilkan model dengan pseo telanjang dengan menggunakan high heels.
Elizabeth Semmelhack yakin asosiasi terhadap pornografi itu yang membuat penggunaan high heels dianggap seksi bagi perempuan.
Pada 1960an memperlihatkan bentuk sepatu laki-laki yang baru yang digunakan para koboi.