Memaknai 'Bajingan', Pergeseran Makna dari Profesi Jadi Kata Maki

By Galih Pranata, Kamis, 26 Agustus 2021 | 16:00 WIB
Gerobak sapi mengangkut batang pohon, sekitar tahun 1915-1938. (Wirenohadi Soeprapto/Pinterest)

 

Nationalgeographic.co.id—Hari ini, saat seseorang melontarkan kata 'bajingan', tentunya akan berkonotasi negatif. Padahal, dilihat dari akar historisnya, bajingan adalah profesi yang umum bagi masyarakat Jawa dan telah eksis sejak era kekuasaan Mataram Islam di Indonesia pada abad ke-16 M. Sejak dulu, profesi ini memegang erat kekerabatan dan kerukunan yang diwadahi oleh paguyuban penarik gerobak sapi atau bajingan.

Bajingan merupakan suatu profesi kusir gerobak sapi, sekaligus warisan kearifan lokal yang sudah ada sejak zaman dulu. Menurut sumber sejarahnya, sapi adalah hewan yang paling disukai kerajaan Mataram, dan gerobak sapi berawal dari Kerajaan Mataram yang telah menganut ajaran islam. Bajingan menarik hasil panen yang dihasilkan oleh masyarakat Mataram (meliputi Yogyakarta, dan eks-Karesidenan Surakarta). 

Pada era pemerintahan Hindia-Belanda, masyarakat pribumi tidak dapat menaiki transportasi mewah sebagaimana para pejabat Eropa. Mereka hanya dapat menunggangi bajingan untuk mobilitas sehari-hari, itupun bagi masyarakat pribumi dengan ekonomi menengah ke atas. Pasca kemerdekaan, bajingan dapat berfungsi juga untuk mengangkut material seperti truk di zaman sekarang.