Dalam beberapa bulan setelah penemuan makam Raja Tutankhamun pada tahun 1922, orang yang membiayai penggaliannya - George Herbert, Earl of Carnarvon kelima di Inggris jatuh sakit dan meninggal. Tidak butuh waktu lama bagi orang untuk mempertanyakan apakah "kutukan mumi" telah menghancurkan sang earl.
“Harta karun Tut yang berkilauan” menjadi berita utama di banyak media pada kala itu terutama setelah pembukaan makam pada 16 Februari 1923.
Berita utama serupa muncul di surat kabar di seluruh dunia ketika berita tentang penyakit dan kematian Carnarvon tersebar. Dia menderita infeksi yang dilaporkan akibat kecelakaan bercukur ketika dia tidak sengaja memotong bekas gigitan nyamuk. Laporan mengklaim bahwa istrinya, Almina Herbert, juga sedang sakit, tetapi dia sembuh dan dia hidup sampai tahun 1969, meninggal pada usia 93 tahun.
Baca Juga: Mumi Amun Ra, Mumi Mesir Kuno Yang Membawa Selalu Kemalangan
Pada kenyataannya, Carnarvon meninggal karena keracunan darah, dan hanya enam dari 26 orang yang ikut serta dalam ekpedisi saat makam itu dibuka meninggal dalam satu dekade. Howard Carter yang harusnya menjadi target utama kutukan tersebut, justru bertahan hidup hingga 20 tahun setelah makam itu dibuka.
Carnarvon memang mau membiayai pencarian dan penggalian makam Tutankhamun. Howard Carter yang menemukan makam itu pada November 1922, menunda penjelajahan sampai sang Carnavor bisa tiba dari Inggris. Setelah kedatangan Carnarvon, mereka pergi ke makam, melihat artefak "luar biasa" yang terkubur bersama Tutankhamun. Tidak ada tulisan dari Mesir kuno yang menyebutkan kutukan ditemukan di makam.
Sementara gagasan tentang "kutukan" mungkin terdengar konyol, itu sebenarnya telah dipelajari secara serius oleh para ilmuwan, dengan beberapa makalah yang diterbitkan tentang topik tersebut.
Baca Juga: Rahasia Baru Pengawetan Mumi Mesir Kuno Dalam Papirus Louvre Carlsberg