Nationalgeographic.co.id—Pernahkan Anda menerka-nerka, bangaimana wajah tokoh-tokoh sejarah seperti Cleopatra dan Nefertiti dalam dunia nyata? Barangkali pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh seorang seniman bernama Bas Uterwijk. Pasalnya, dia sudah menggambar ulang wajah-wajah mereka.
Fotografer sekaligus seniman digital asal Belanda ini menciptakan potret yang menakjubkan dari tokoh-tokoh sejarah terkenal. Dia menggunakan rekonstruksi jaringan saraf yang inovatif. Penambahan potret terbaru ini membawa pemirsanya memasuki Mesir kuno, Renaisans, Eropa abad ke-18, dan beberapa periode waktu lainnya.
Untuk membuat potret tersebut, Uterwijk mengunggah banyak referensi kemiripan seseorang dengan aplikasi AI. Kemudian, dia membuat sedikit penyesuaian pada program sampai dia puas dengan hasilnya.
“Jaringan 'Deep Learning' sudah memiliki ribuan foto wajah manusia dan mampu menciptakan wajah orang yang hampir realistis dan juga bisa menyesuaikan wajah yang diunggah di 'Latent Space' dari total semua yang telah dipelajari oleh model tersebut,” Uterwijk menjelaskan.
“Saya pikir wajah manusia tidak berubah secara dramatis selama ribuan tahun dan terlepas dari gaya rambut dan rias wajah, orang-orang yang hidup di masa lalu mungkin sangat mirip dengan kita," ungkap Uterwijk. Dia melanjutkan, "Akan tetapi, kita terbiasa melihat mereka dalam gaya bentuk seni kuno yang jauh sebelum penemuan fotografi.”
Baca Juga: Mengenal Shamsia Hassani, Seniman Jalanan Wanita Pertama Afganistan
Baca Juga: Michaelangelo-nya Microsoft Excel, Seniman Bernama Tatsuo Horiuchi
Tidak hanya menggambarkan bangsawan seperti Tutankhamun dan Elizabeth I dalam potret yang realistis, Uterwijk juga menerapkan manipulasi digitanya pada karya seni terkenal termasuk patung David karya Michelangelo dan lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci.
“Aplikasi Ai berkembang dengan kecepatan yang luar biasa dan itu akan memengaruhi semua segmen masyarakat kita,” ujar Uterwijk. “Sama seperti fotografi mengubah bentuk lukisan, teknik berbasis AI akan mulai memengaruhi seni dan fotografi.”
Baca Juga: Telusur Riwayat Perkembangan Seni Ilustrasi Botani di Indonesia
Baca Juga: Pusparagam Cycloop: Pulau Asei, Hunian Seniman Lukis Tradisi Sentani
Secara singkat, Artificial Intelligence (AI) adalah kecerdasan buatan yang diciptakan manusia. AI didesain untuk bisa menirukan kemampuan manusia. Karakteristik ideal peranti ini adalah kemampuannya untuk merasionalisasi dan mengambil tindakan yang memiliki peluang terbaik untuk mencapai tujuan tertentu.
AI memiliki dua kategori yaitu lemah atau kuat. AI lemah (weak AI) yang juga dikenal sebagai AI sempit adalah sistem yang dirancang dan dilatih untuk tugas tertentu. Asisten pribadi maya, seperti Apple Siri, adalah bentuk AI yang lemah. Sedangkan AI kuat (strong AI), juga dikenal sebagai kecerdasan buatan umum adalah sistem dengan kemampuan kognitif manusia secara umum. Ketika disajikan dengan tugas khusus, sistem AI kuat dapat menemukan solusi tanpa campur tangan manusia.
Baca Juga: Ragam Penggambaran Iblis oleh Pelukis dan Penyair dari Masa ke Masa
Baca Juga: Seniman-Seniman Lukis Pertama di Dunia Berasal dari Indonesia?
Sebelumnya, para ilmuwan adalah yang pertama memberikan kecerdasan buatan fantasi yang mirip dengan imajinasi manusia. Dia belajar untuk menyoroti karakteristik individu objek dan membuat gambar yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Baru-baru ini, AI AliceMind di Tiongkok mengungguli manusia dalam pengenalan pola untuk pertama kalinya. Ternyata, hasilnya satu persen lebih akurat daripada partisipan langsung saat menganalisis 250 ribu foto.
Sebelum itu, sistem kecerdasan buatan yang revolusioner telah belajar memprediksi struktur protein manusia. Di masa depan, ini akan membantu para ilmuwan mengungkap rahasia DNA dan membawa terobosan dalam kedokteran.
Dilansir dari situs (basuterwijk.com), Uterwijk kini juga sedang mendalami studi yang disebut "The Tronie" ini adalah sebuah studi yang membahas tentang ekspresi, jenis dan fisiognomi dari orang yang tidak dikenal atau bahkan tidak ada. Studi "The Tronie" ini juga populer di kalangan pelukis Belanda dan Flemish selama Zaman Keemasan.
Baca Juga: Sumbangan Sains dari Pelukis-pelukis Cina pada Zaman Kompeni
Baca Juga: Ahli Forensik Merekonstruksi Wajah Wanita Druid Kuno Berusia 2.000 Tahun