Tentang Permen Karet

By , Jumat, 22 November 2013 | 10:03 WIB
()

Sudah beribu-ribu tahun penduduk pantai Laut Tengah di Eropa suka mengunyah-ngunyah getah pohon mastic. Konon untuk menyegarkan napas dan membersihkan gigi.

Ternyata orang Indian kuno di Jazirah Yucatan di benua Amerika pun mempunyai kebiasaan yang sama. Cuma, getah yang mereka kunyah berasal dari pohon sawo. Orang-orang Eropa yang pindah ke Amerika beberapa ratus tahun yang lalu ikut-ikutan mengunyah getah yang harum dan dingin-dingin pedas itu.

Kebiasaan mengunyah-ngunyah juga dilakukan orang Eskimo dekat Kutub Utara. Apa yang mereka kunyah? Lemak ikan!

Getah kenyal yang dikunyah mereka tidak seenak permen karet kita. Begitu pula lemak ikan. Bagaimana ceritanya sampai manusia bisa membuat permen karet seperti sekarang?

Pertengahan abad ke-19, diktator Meksiko, Jenderal Antonio Lopez de Santa Anna, terpaksa melarikan diri ke Staten Island di New York. Ia berbekal banyak sekali chicle, yaitu getah pohon sawo, untuk dikunyah-kunyah di kala stres. Konon mengunyah-ngunyah bisa menghilangkan ketegangan. Beberapa bulan kemudian, ia bisa kembali ke Meksiko. Chicle-nya ditinggalkan di laci mejanya.

Kenalannya, Thomas Adams, kebetulan seorang penemu. Adams mengotak-atik getah pohon yang kenyal ini. Siapa tahu bahan ini bisa dipakai menggantikan karet yang disadap dari pohon karet? Ternyata, tidak bisa. Tapi, siapa tahu bisa dipakai menempelkan gigi palsu, pikirnya.

Ternyata, itu pun tidak bisa. Akhirnya benda itu direbus dan digilas dengan gilingan kue sampai tipis. Hasilnya permen karet yang lebih baik daripada yang biasa dikunyah oleh Diktator Santa Anna.

Permen karet itu diberi gula dan wewangian. Ketika dijual di sebuah toko permen diNew Jersey, ternyata laris. Jadi, Adams meminta hak paten untuk mesin pembuat permen karetnya. Melihat sukses Adams, banyak orang ikut-ikutan membuat permen karet. Rasa dan warnanya bermacam-macam.

Pengusaha permen karet yang paling terkenal adalah William Wringley, Jr. Padahal, tadinya ia anak yang malas bersekolah dan selalu membuat ulah. Sampai-sampai pada umur 12 tahun (1873), Wringley dikeluarkan dari sekolah. Namun, ia bukan anak yang malas bekerja. Ia membujuk ayahnya agar diperbolehkan menawarkan sabun buatan pabrik keluarga mereka.

Ternyata, ia seorang salesman yang rajin dan ulet. Ia tawarkan juga barang-barang lain, di antaranya baking powder, yaitu bahan untuk membuat kue. Orang yang mau membeli sekaleng baking powder diberinya hadiah dua permen karet.

Mulanya mengunyah permen karet di muka umum dianggap kebiasaan menjijikkan.

Permen karet ternyata banyak peminatnya sehingga Wringley khusus berjualan permen karet. Walaupun dilanda berbagai kesulitan, di antaranya krisis ekonomi dunia ia tidak mau menyerah. Usahanya maju sampai sekarang.

Ada dua orang lain yang berperan besar dalam sejarah permen karet. Henry Fleer tahun 1910 berhasil memberi 'baju' pada permen karet. Lapisan luar itu putih, manis dan renyah. Ia menamai permen karet berbaju itu "Chiclets". Saudaranya, Frank, setelah lama bersusah payah berhasil membuat permen karet yang bisa ditiup sampai melembung besar seperti baton. Permen karetnya itu dinamai bubble gum (karet gelembung).

Akhir abad ke-19, penggemar permen karet kebanyakan perempuan. Namun tahun 1914, laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, menyukai permen karet.

Karena mengunyah permen karet dianggap berkhasiat menenangkan, tentara Amerika Serikat pada Perang Dunia II dibekali permen karet. Setiap tentara rata-rata menghabiskan 3.000 potong permen karet setahun. Sebenarya, tidak mereka makan sendiri, tetapi dibagikan juga kepada anak-anak dan orang biasa yang mereka temui.

Amerika Serikat bahkan menjatuhkan permen karet dari pesawat terbang di Filipina ketika negara itu diduduki Jepang. Pada kemasan permen karet itu tertulis janji Jenderal Douglas MacArthur, "I shall return" (saya akan kembali). MacArthur memang berjanji akan datang kembali untuk mengusir Jepang.

Penduduk Kepulauan Pasifik sampai sekarang masih tergila-gila pada permen karet dan bubble gum yang diperkenalkan lebih dari setengah abad lalu. Sejak Perang Dunia II, permen karet tidak lagi dibuat dari getah pohon sawo, tetapi dari bahan sintetis.

Di Amerika Serikat sendiri mulanya mengunyah permen karet di muka umum dianggap kebiasaan yang menjijikkan, "seperti ternak sedang memamah biak". Kemudian zaman berubah. Bukan tentara saja yang dibekali permen karet, tetapi bintang-bintang olahraga seperti Michael Jordan pun akrab sekali dengan permen kenyal yang dikunyah-kunyah itu. Sekarang, permen karet boleh dikunyah di mana-mana, meskipun ada pengecualian seperti saat beribadat, saat di dalam kelas, dan pada kesempatan resmi.

Di dunia ini ada negara yang tidak suka penduduknya mengonsumsi permen karet. Kalau ketahuan membuang sisa permen karet di tempat umum, dendanya tidak tanggung-tanggung, yaitu senilai beberapa juta rupiah. Kata mereka, sulit membersihkan jalan, bangku dan sebagainya dari sisa permen karet yang menempel, padahal mereka ingin negara mereka bersih. Anda pasti tahu negara itu. Ya, betul! Tetangga kita, Singapura!