Kedatangan para turis tak lepas dari pesona Kawah Ijen yang sudah tersohor hingga ke luar negeri. Daya tarik utamanya adalah petambang belerang yang lalu lalang, matahari terbit, serta fenomena api biru.
Karstens (42) dan Nathalie (40), pasangan suami istri asal Jerman, mengaku, berkunjung ke Ijen karena penasaran ingin melihat langsung para petambang dan kawah sulfur. Setelah menghabiskan bulan madu di Bali, kedua wisatawan ini singgah ke Ijen sebelum berwisata ke Gunung Bromo.
Maraknya wisatawan yang datang ke Ijen juga membuat bisnis hotel di Banyuwangi meraup untung. Executive Marketing Hotel Ketapang Indah Novita F Astuti mengakui, kedatangan turis asing ke Banyuwangi umumnya ramai pada Agustus hingga November. Tingkat okupansi di Hotel Ketapang Indah pada bulan ini rata-rata 75 persen dari 101 kamar.
”Dari seluruh tamu yang datang, lebih dari setengahnya merupakan wisatawan asing yang mau ke Kawah Ijen. Umumnya dari Prancis,” ujar Novita.
Untuk membidik turis asing ini, ia mengungkapkan, pihaknya bekerja sama dengan lebih dari seratus agen wisata baik yang ada di Bali maupun di Yogyakarta. ”Mereka mengurusi para turis yang akan ke Ijen dan menginapnya di tempat kami. Jika turis datang secara berkelompok, kami akan kenai tarif hotel lebih murah,” ucap Novita.
Ancaman
Kepala Bidang Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim Sunandar Trigunajasa mengakui, pihaknya akan mengkaji dampak dari semakin meningkatnya jumlah wisatawan ke Ijen. Hal ini agar turis tetap dapat menikmati Ijen tanpa merusak kawasan.
”Bisa jadi nanti pengunjung akan dibuat secara bergantian mendaki Ijen dan melihat kawah. Kami masih mengkaji hal ini,” ujar Sunandar. Pengelolaan Kawah Ijen selama ini ditangani oleh BKSDA Jatim.
Bagi Sunandar, Gunung Ijen yang selama ini jadi sandaran hidup bagi masyarakat sekitar yang menjadi petambang dan pemandu juga dapat menebar ancaman sewaktu- waktu. Gunung api aktif ini tak hanya memancarkan pesona api biru yang tersohor, tetapi juga menyimpan bahaya terpendam, seperti air kawah yang setiap saat bisa tumpah jika Ijen meletus.
Terlebih, tingkat keasaman air kawah antara nol (tidak terukur) dan 0,8. Bandingkan dengan derajat keasaman air aki mobil yang 2-3 atau air layak minum 6-7. Sebagian dari air kawah bahkan telah merembes ke Sungai Banyupahit, lalu dikonsumsi warga Kecamatan Asembagus, Situbondo, untuk minum dan irigasi sehingga menggerus kesehatan.
Kawah Ijen memang bagai pisau bermata dua. Satu sisi memberi manfaat nyata bagi masyarakat dengan kandungan belerang dan daya tarik wisatanya. Sisi lain, gunung api aktif ini dapat menjadi ancaman bagi warga di sekitarnya.
Agar masyarakat dapat memahami risiko hidup di zona bencana yang lebih mendalam, maka campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan. Kondisi Kawah Ijen yang saat ini masih bergolak dapat berujung petaka yang jauh lebih besar dibanding berkah yang diperoleh warga.