Gembala Sapi Temukan 'Dinosaurus Bercangkang' Berusia 20.000 Tahun

By Galih Pranata, Kamis, 2 September 2021 | 11:00 WIB
Ilustrasi Glyptodon yang hidup di era Pliosen sampai dengan era Pleistosen. (Roman Uchytel)

"Mereka memiliki cangkang super keras setebal 5 cm untuk melindungi diri dari hewan lain, dan bersembunyi dibaliknya" tulisnya. "Sekalipun tidak sempat bersembunyi dibawah tempurungnya, area tubuh Glyptodon dilindungi oleh tulang yang keras" tambahnya.

Penemuan pertama kali spesimen Glyptodon ditemukan oleh Huxley bersama timnya pada 1862, yang kemudian dipajang dalam Museum of The Royal College Surgeons. Ia juga kemudian memberikan gambaran lengkap tentang kehidupan Glyptodon, beserta dengan ilustrasi struktur morfologi tubuhnya.

Asumsi dari Huxley, menempatkan kepunahan spesies Glyptodon juga dipengaruhi oleh ulah tangan manusia. Spesies ini memiliki tempurung yang kuat dan kualitas bagus sehingga dipergunakan oleh manusia sebagai perkakas dan peralatan keseharian. 

"Di banyak tempat di Argentina telah ditemukan banyak barang antik, peralatan hidup prasejarah yang terbuat dari cangkang Glyptodon" tulis Micah Soto.

Baca Juga: Satu Lagi, Penjelasan Teka-Teki Dinosaurus Kamboja di Kuil Ta Prohm

Glyptodon asper Burmeister (armadillo raksasa). Pleistosen Muda, Rio Lujan, Argentina. Koleksi Museum Sejarah Alam Wina. (Naturhistorisches Museum Wien)

Soto memberi penegasan tentang penemuan barang-barang prasejarah antik yang ditemukan di wilayah Argentina. Ia menuliskannya dalam artikel berjudul Going to herd cow, accidentally discovered fossil 'monster' 20,000 years old, pada 2020.

"Ukuran tempurung Glyptodon dapat sebesar ukuran mobil, sehingga sering digunakan untuk membuat tempat tidur, tempat berteduh, wadah, atau dibuat menjadi alat pelindung bagi manusia kala itu" tambahnya.

Sementara itu, ekor Glyptodon yang kuat, dapat juga digunakan untuk memanipulasi menjadi senjata. Gugusan tulang di ujung ekor cukup ideal untuk menjadi duri, yang digunakan untuk tujuan berburu atau berkelahi. Itu terjadi, lantaran Glyptodon hidup berbarengan dengan manusia prasejarah, di era Pleistosen.

Baca Juga: Pertama Kali, Ahli Paleobiologi Deskripsikan Alat Kelamin Dinosaurus

Temuan aprikot Glyptodon berusia 20.000 tahun di dasar sungai, Argentina. (INCUAPA-CONICET)

Para peneliti menemukan sisa-sisa empat individu Glyptodon di bawah dasar sungai. Empat tempurung raksasa milik  Glyptodon ditemukan oleh seorang petani bernama Juan de Dios Sota, saat ia sedang menggembalakan sapi ternaknya di tepi sungai di timur Argentina. 

"Saat memberi makan sapi, dia tiba-tiba menemukan beberapa benda aneh dan berukuran besar di dasar sungai. Kemarau yang membuat sungai Vallimanca mengering, memunculkan penampakan hal-hal yang tidak terduga" tulis Soto. "Dios Sota kemudian segera memberi tahu pihak berwajib. Setelah menerima pemberitahuan tersebut, Institut Arkeologi INCUAPA Argentina mengirim orang untuk memeriksa. Hasil pemeriksaan mengungkap sisa-sisa empat tempurung raksasa milik Glyptodon."

Menurut Soto, saat ditemukan, empat kepala Glyptodon semuanya berputar ke arah yang sama. "Jelas keempat Glyptodon ini tidak dibunuh oleh manusia. Biasanya manusia akan mengambil tempurungnya saja dan memisahkan mereka dengan tubuhnya" Soto menutup tulisannya. Penyebab kematian mereka ini masih menjadi teka-teki dan diselidiki oleh para ahli.

Baca Juga: Mumi Dinosaurus Ditemukan, Punya Kulit dan Usus yang Masih Utuh