Siapa yang tidak suka minum susu? Dari bayi hingga orang dewasa menyukai cairan lezat ini sebagai minuman ataupun campuran panganan. Pemanfaatannya pun sangat luas di industri makanan.
Kecintaan pada susu dirasakan juga oleh Khairan Tama. Bocah berusia empat tahun ini mulai mengonsumsi susu ultra high temperature (UHT) sejak disapih di usianya yang kesatu. Menurut Yudi Fitriandi (40), ayahnya, Khairan lebih suka diberi susu UHT ketimbang susu bubuk.
"Setelah berhenti minum ASI, Khairan sempat dikenalkan susu bubuk, tapi ternyata dia lebih suka susu UHT, makanya hingga sekarang diteruskan," ujar pegawai negeri sipil ini kepada Kompas Health beberapa waktu lalu.
Meskipun memiliki banyak rasa, seperti plain, coklat, stroberi, dan beberapa rasa lainnya, namun kata Yudi, Khairan lebih menyukai rasa coklat. Dalam sehari, Khairan bisa mengonsumsi dua hingga tiga kemasan susu 200 mililiter susu UHT cokelat.
Yudi mengaku pilihannya terhadap susu UHT merupakan keputusan yang baik. Pasalnya, dia kerap merasa sangsi pada susu bubuk yang memiliki bentuk sangat jauh dari aslinya susu, yaitu cair. Sedangkan, susu UHT memiliki bentuk dan rasa yang mendekati susu segar, sehingga menurutnya dapat memberikan manfaat yang sama.
Tak hanya anak-anak, susu juga disukai oleh orang dewasa. Seperti Sabrina Irianto atau Ririn (24) yang mengaku gemar minum susu sejak masih anak-anak. Kebiasaan sehat itu pun tetap dia lanjutkan hingga sekarang. "Aku paling suka susu segar yang beli langsung dari peternakan. Setelah beli biasanya dimasak (pasteurisasi) dulu, baru diminum. Tapi karena agak repot, kalau mau praktis biasanya aku pilih susu UHT," ujarnya.
Menurutnya, rutin minum susu membuat badannya lebih segar sehingga membantunya menjalani aktivitasnya sehari-hari. Ririn pun setiap hari mengonsumsi satu hingga dua kemasan susu UHT 250 mililiter untuk menjaga stamina dan kesehatannya.
Susu dapat dikatakan sebagai bahan pangan dengan kandungan gizi terlengkap. Terbukti dari kandungan susu yang meliputi semua zat gizi, termasuk karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Dokter spesialis gizi klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit dr Ciptomangunkusumo (FKUI/RSCM) Fiastuti Witjaksono mengatakan, susu mengandung semua zat gizi pembangun tubuh, sehingga baik sekali untuk proses tumbuh kembang, metabolisme, penggantian sel-sel yang rusak, dan menunjang aktivitas.
"Dari bayi yang baru lahir hingga lansia mendapat manfaat dari mengonsumsi susu secara teratur," ujarnya dalam seminar media yang diadakan oleh Tetra Pak Indonesia beberapa waktu lalu di Jakarta.
Fiastuti menegaskan, susu yang paling baik bagi bayi yang baru lahir hanyalah air susu ibu (ASI). Namun setelah menyapih di usia lebih dari satu tahun, mereka dapat dikenalkan susu lain yang berasal dari hewan.
Menurutnya, pemberian susu hewan setelah menyapih sebaiknya tidak ditunda agar tidak menimbulkan intoleransi laktosa, yaitu ketidakmampuan tubuh mencerna laktosa, jenis gula yang ada pada susu.
Kendati susu dapat memberikan hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, Fiastuti tidak merekomendasikan susu sebagai sumber gizi utama. Sumber gizi utama, kata dia, tetaplah makanan padat yang cukup dan seimbang.
Pemprosesan susu
Susu memang memiliki berjuta kebaikan. Sayangnya, cairan unik ini merupakan bahan pangan yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan penyimpanan dan pengemasan yang baik untuk menjaga kemurnian sekaligus kandungan gizinya.
Dari sekian banyak susu yang beredar di pasaran, susu segar merupakan yang paling baik. Pasalnya, susu ini memiliki tingkat kemurnian paling tinggi dan kandungan gizi yang lengkap alami. Selain itu, susu segar juga memiliki cita rasa paling lezat karena asam lemak susunya belum rusak akibat proses pengawetan.
Namun susu segar juga rentan mengandung mikroba yang dapat membahayakan kesehatan. Menurut laporan sebuah studi asal Minnesota Departement of Health di Amerika Serikat baru-baru ini, rata-rata satu dari enam orang yang minum susu segar jatuh sakit karena infeksi dari mikroba yang mengontaminasinya. Itu artinya, susu segar tak selalu aman dikonsumsi.
Maka dari itulah, susu segar membutuhkan teknik proses untuk mengenyahkan mikroba yang dikandungnya. Namun, tidak sampai merusak kandungan gizinya. Menurut pakar teknologi pangan Purwiyatno Hariyadi, setiap teknik proses pada bahan pangan mau tidak mau akan merusak sebagian gizi dari pangan.
Kendati demikian, proses tersebut penting untuk menjaga keamanannya. "Oleh karena itu harus dicari titik tengahnya dengan optimasi, yaitu pemprosesan jangan sampai merusak gizi besar-besaran suatu bahan pangan, tapi tidak juga membiarkannya mengandung banyak kontaminan," ujar guru besar di Institut Pertanian Bogor ini.
Dari sekian banyak teknik pemprosesan susu, Purwiyatno mengatakan, teknik kombinasi suhu tinggi dan waktu singkat dalah yang terbaik. Ini karena teknik tersebut secara efisien dapat membunuh mikroba namun tidak sampai merusak kandungan gizi susu.
Teknik UHT termasuk yang menggunakan prinsip kombinasi dengan melakukan pemanasan hingga 140 derajat celcius selama empat detik. Dengan begitu, produk susu menjadi lebih awet dan aman dikonsumsi, serta tidak perlu ditambahkan bahan pengawet lainnya.
Meski menjadi lebih awet, namun untuk mempertahankan keawetan dan keamanannya, susu UHT harus tetap berada dalam lingkungan aseptis, atau keadaan steril terbebas dari mikroba. Karena itu setelah melalui pemprosesan, susu UHT pun perlu segera dikonsumsi atau dikemas dengan baik.
Communication Manager Tetra Pak Indonesia Elvira Wongsosudiro mengatakan, kemasan susu UHT Tetra Pak merupakan kemasan aseptik berteknologi tinggi yang mampu melindungi kandungan gizi pada susu, sekaligus menjaga keamanannya dari mikroba.
"Kemasan dibuat aseptik multilapis dan kedap udara sehingga mikroba di luar kemasan tidak dapat masuk. Selain itu juga melindungi dari sinar ultraviolet yang dapat merusak kesegaran susu," ujarnya.
Jika kemasan masih baik dan utuh, lanjut Elvira, penyimpanan susu UHT di suhu ruang terbilang aman dan tahan berbulan-bulan. Namun ketika sudah dibuka, sebaiknya susu UHT segera dihabiskan atau disimpan di lemari pendingin—bersuhu empat derajat celcius, tidak lebih dari tiga hari.