Jazirah Arab Dulunya Hijau dan Jadi Rute Migrasi Penting Manusia Purba

By Utomo Priyambodo, Kamis, 2 September 2021 | 20:00 WIB
Situs Khall Amayshan 4 di utara Arab Saudi, tempat ditemukannya bukti kunjungan berulang manusia purba selama 400.000 tahun lalu dan terkait dengan sisa-sisa sejumlah danau purba. (Palaeodeserts Project / Michael Petraglia)

Sebelumnnya para peneliti dari Arab Saudi itu telah menemukan sejumlah situs arkeologi yang terkait dengan sisa-sisa beberapa danau purba. Material-material yang ditemukan di situs-situs tersebut kemudian diketahui berasal dari era yang bertepatan dengan periode peningkatan curah hujan. Selain itu, semua peralatan batu yang ditemukan di sekitar danau-danau yang sudah lama kering itu juga terkubur dalam jenis sedimen khas yang ditemukan di air tawar.

Danau-danau ini terbentuk ketika periode curah hujan tinggi mengguyuri wilayah itu. Curah hujan yang tinggi telah berkontribusi menghadirkan hamparan padang rumput dan sejumlah mamalia besar seperti gajah dan kuda nil di semenanjung tersebut.

Tim peneliti menemukan bahwa selama setiap fase 'Arab Hijau' atau 'Green Arabia', ketika curah hujan yang lebih tinggi mengubah wilayah gurun menjadi padang rumput yang subur, manusia purba mulai mengisi daerah tersebut. Setiap kali manusia purba datang ke wilayah tersebut mereka selalu membawa jenis budaya material yang berbeda bersama mereka.

Baca Juga: Bagaimana Unta Arab Bisa Berjalan Berminggu-minggu di Gurun Tanpa Air?

Peta Arab diterbitkan pada 1662 dalam Atlas Maior oleh Joan Blaeu (1598-1673). Meskipun tampaknya diukir secara khusus untuk atlas ini, gambar tersebut mirip dengan peta sebelumnya yang diterbitkan oleh Willem Jansz. Blaeu (1571-1638) pada tahun 1608. (Koninklijke Bibliotheek)

Julien Louys dari Griffith University turut mengambil bagian dalam penggalian dan menganalisis catatan fauna di situs-situs tersebut. “Menemukan fosil-fosil mamalia besar di tengah gurun yang sangat gersang ini adalah pengalaman yang unik,” ujar Louys, seperti dikutip dari Cosmos.

“Hal yang paling luar biasa dari fosil-fosil tersebut adalah adanya beberapa fragmen tulang kuda nil. Ini saat ini terbatas pada lingkungan basah Afrika, tetapi kehadiran mereka di Nefud selama 400.000 tahun terakhir adalah bukti yang sangat pasti bahwa Semenanjung Arab dulunya secara signifikan lebih basah daripada sekarang."

Baca Juga: Selidik Getir Kopi Pedagang Arab, Penyambung Lidah di Jalur Rempah

Di kawasan Arab, seperti Abu Dhabi di Uni Emirat Arab, lelaki-lelaki Muslim begitu dekat dengan saluki—sebutan untuk anjing Arab yang berkaki panjang, ramping dan tatapan tajam. Anjing jenis ini diyakini berasal dari Yaman. (Twitter @VisitAbuDhabi)

Penelitian sebelumnya di Asia Barat Daya telah berfokus pada tepi pantai dan hutan di wilayah tersebut. Namun pengetahuan prasejarah manusia di wilayah tersebut masih kurang dipahami.

Penulis utama studi baru ini, Huw Groucutt dari Max Planck Institute, menjelaskan temuan baru tersebut dengan menyebut bahwa bukti-bukti tertua untuk hominin di Arab Saudi pada 400.000 tahun yang lalu itu sebagai "terobosan dalam arkeologi Arab".

Situs-situs 'Green Arabia' itu telah dieksplorasi oleh para peneliti dari Australian Research Centre for Human Evolution di Griffith University yang bekerja sama dengan para peneliti dari Max Planck Institute for Chemical Ecology. Laporan studi ini telah diterbitkan di jurnal Nature pada 1 September 2021.

Baca Juga: Tulang Manusia dan Berbagai Hewan Ditemukan di 'Gua Hyena' Arab Saudi