Pernahkah anda membayangkan pelesiran ke luar kota menggunakan sepeda tua? Mungkin sebagian dari kita merasa berat untuk menempuh perjalanan jauh, hingga puluhan bahkan ratusan kilometer dan memakan waktu puluhan jam dengan mengayuh sepeda tua. Namun tidak bagi Aliyanto.
Aliyanto atau yang akrab dipanggil Ali (28), seorang karyawan di perusahaan Batu Alam yang mempunyai hobi bersepeda menempuh perjalanan jauh dengan sepeda. Pun yang digunakan adalah sepeda onthel.
Setelah ratusan kilometer mengayuh sepeda dari Jember ke Denpasar selama 19 jam, tak terlalu terlihat gurat-gurat kelelahan di wajahnya. Ia tampak bugar dan bersemangat. Padahal jarak dari Jember ke Denpasar kurang lebih 254 kilometer.
Belum lagi, Ali harus melewati hutan ketika malam dan menyeberang laut. Layaknya musafir ia hanya berhenti di kantor polisi di sepanjang jalan yang ia lewati. Total ada 15 polsek yang ia singgahi.
Di setiap polsek tidak lupa ia meminta tanda tangan di buku kecilnya untuk membuktikan bahwa ia benar-benar mengendarai sepeda onthel ke luar kota.
"Kadang tetangga sama teman-teman enggak percaya saya ngonthel makanya minta stempel dari setiap polsek untuk membuktikan kalau saya beneran ngonthel," ujarnya sambil memperlihatkan sebuah buku berisi tanda tangan dan stempel dari beberapa kantor kepolisian.
Hobi mengendarai sepeda tua ini bermula ketika ia duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama di Jember. Ali tertarik ketika melihat seseorang berkendara santai dengan sepeda kuno di jalanan, sejak itu ia mulai mencoba mengendarai sepeda onthel.
"Saya dulu lihat orang-orang itu naik sepeda onthel kok kayaknya enak, asik gitu, makanya saya pengen nyoba rasanya naik sepeda onthel, kalo sepeda kebo kan antik kayak jaman penjajahan dulu," kenang Ali dengan logat khas Madura.
Sepanjang 17 tahun dia menekuni hobinya ini, ia sudah berkeliling ke Mojokerto, Tuban, Bandung, Yogyakarta, Gresik, Ponorogo dan Denpasar. Bersama 15 orang rekan-rekannya yang tergabung dalam komunitas sepeda tua "O'Djapid" (Onthelis Djava Primitive Djember) ia pernah bersepeda paling jauh ke Ponorogo dengan waktu tempuh 23 jam nonstop.
Ali mengaku tidak ada persiapan khusus sebelum bersepeda. Namun hanya meminta izin dari orangtua serta persiapan emosi.
"Cuma didoakan semoga di jalan tidak ada apa-apa dari orangtua dan saudara, waktu ngontel jauh-jauh enggak pernah emosi. Kalau kita emosi akan cepat capek makanya pikiran kita harus rileks dan santai," ungkapnya.
Ia dan komunitasnya menerapkan gaya hidup yang sederahana dan apa adanya. Dalam perjalanannya ke Denpasar kali ini, ia pergi untuk mengikuti karnaval sepeda tua yang diadakan oleh KOSTI atau Komunitas Sepeda Tua Indonesia.
Ia hanya membawa beberapa pakaian dan perlengkapan seadanya seperti tikar, dan alat masak sederhana. Sebab, mereka hanya bermalam di sebuah tenda kecil yang terletak di Lapangan Puputan Badung–Denpasar.